Balai Inspirasi

Cari Inspirasi

Selasa, 19 Juli 2011

Teknologi Pendidikan


Pada tahun 1980an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian di lingkungan ahli pendidikan. Pada awalnya, teknologi pendidikan merupakan kelanjutan perkembangan dari kajian-kajian tentang penggunaan AudioVisual dan program belajar dalam penyelenggaraan pendidikan. Kajian tersebut pada hakikatnya merupakan usaha dalam memecahkan masalah belajar manusia. Solusi yang diambil melalui kajian teknologi pendidikan bahwa pemecahan masalah belajar pewrlu menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat dengan banyak memfungsikan pemanfaatan sumber belajar.
Perkembangan kajian teknologi pendidikan menghasilkan berbagai konsep dan praktek pendidikan yang banyak memanfaatkan media sebagai sumber belajar.
Berdasarkan sejarah perkembangannya istilah teknologi pendidikanmulai digunakan sejak tahun 1963an dan secara resmi di ikrarkan oleh Association of Educational and Communication Technology (AECT) sejak tahun 1977.

1.       Perkembangan Kerangka Konsep
Istilah Teknologi berasal dari kata “Textere” (bahasa latin) yang artinya “To Weave or Construct” menenun atau membangun. Menurut Saetler (1968) bahwa teknologi tidak selamanya harus menggunakan mesin sebagaimana terbayangkan dalam pikiran kita selama ini, akan tetapi merujuk pada setiap kegiatan praktis yang menggunakan ilmu atau pengetahuan tertentu. Bahkan disebutkan bahwa teknologi itu merupakan usaha untuk memecahkan masalah manusia.
Penggunaan istilah teknologi pendidikan tidak lepas dari kajian Finn (1960) pada seminar tentang peran teknologi dalam masyarakat. Dengan judul makalahnya “Technology and Instructional Process” melalui makalahnya dikaji hubungan antara teknologi dan pendidikan. Argument utamanya disampaikannya didasarkan atas gejala pemanfaatan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang memilki kemiripan dengan kondisi yang terdapat dalam pendidikan. Oleh karena itu, penggunan istilah teknologi yang digandengkan dengan pendidikan merupakan suatu hal yang tepat.
Keterkaitan keseluruhan teknologi yang diperlukan untuk menangani  masalah belajar manusia tersebut digambarkian  oleh Romizwoski (1986) dalam bagan dibawah ini, dimulai dari teknologi yang berkaitan dengan cara penguasaan oleh peserta didik  atau disebut dengan “Behavioral Technology” kemudian teknologi yang diperlukan dalam desain, pengembangan, dan pemanfaatan program pembelajaran yang disebut dengan “Intstructional Technology” teknologi yang berkaitan dengan mencocokkan kebutuhan belajar dengan penampilan peserta didik dalam konteks tertentu disebut dengan “Performance Technology” dan keseluruhan teknologi tersebut dibungkus melalui teknologi untuk mengelola berbagai sumber yang diperlukan untuk kepentingan desain, pengembangan, dan penyelenggaraan program belajar yang disebut dengan “Human Resources Management Technology”.

2.        Fase Permulaan lahirnya Konsep
Perkembangan selanjutnya adalah termasuk “Fase Permulaan” disususnnya konsep teknologi pendidikan secara sistematis, berlangsung pada tahun 1963 dengan bercirikan pergeseran AudioVisual kearah teknologi pendidikan.
Heinich (1970) memiliki konsep bahwa manajemen telah dikembangkan bersamaan dengan prinsip-prinsip system di dalam merancang pembelajaran, bahkan konsepnya sejalan dengan pendapat Hoban (1965) walaupun dalam istilah yang berbeda. Dia menyebutnya dengaqn istilah “ Management of Instruction”. Sedangkan menurut Hoban menggunakan istilah “Management of Learning”. Menurutnya tidak hanya mengembangakan dan menggunakan bahan belajar dan teknik pembelajaran saja, akan tetapi termasuk juga keperluan-keperluan logistic, pendekatan sosisologis, dan factor ekonomi. Bahakan adanya perubahan paradigma pemanfaatan teknologi pendidikan dalam system pendidikan yang pada awalnya kedudukan AudioVisual dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran dikelas pada saat guru mengajar, berubah dengan menempatkan teknologi pendidikan berada dan member kontribusi didalam proses pengembangan kurikulum. Dasar asumsinya bahwa perancangan kurikulum dan tahap dalam penyelenggaraan pembelajaran. Di samping itu kedudukan guru tidak hanya penentu model pembelajaran yang akan digunakannya, akan tetapi dia pun sebagai begian dari perekayasa dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Terdapat tiga alasan pengembangan model instruksional yang dilakukan dalam teknologi pendidikan, yaitu :
·         Sebagai  alat untuk di komunikasikan untuk calon peserta didik dan pihak lainnya
·         Sebagai rancangan yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran
·         Model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik, serta model yang rinci akan memudahkan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan penggunaannya
Model intruksional yang generic memudahkan setiap pihak yang mengadopsinya untuk mengimplimentasikan dalam berbagai macam setting. Apabila diklasifikasi model-model yang berkembang dapat digolongkan kedalam dua bentuk, yaitu model mikro dan model makro. Model mikro memiliki mpendakan terhadap peserta didik sebagai pusat system pembelajaran dan modelnya ditujukan untuk kepentingan guru dalam mengelola kegiatan belajar. Model ini diadopsi dalam pengembangan system pembelajaran di Indonesia, dan disebut dengan Prosedur Pengenbangan System Intruksional (PPSI). Sedangkan model makro bertujuan untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources, adanya sejumlah ghuru yang memiliki dedikasi yang kuat dan ingin membantu peserta didik, dan mengharapkan untuk menumukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.
3.       Fase penyempurnaan konsep
Teknologi pembelajaran  adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dansumber untuk belajar. Definisi tersebut memiliki kompenen-komponen, diantaranya;
a.      Teori dan praktek
Komponen ini menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran memiliki landasan pengetahuan yang didasarkan atas hasil kajian melalui riset dan pengalaman. Sedangkan praktek merupakan penerepan pengetahuan tersebut dalam setting pembelajaran tertentu, terutama dalam memecahkan masalah belajar
b.      Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
Komponen ini merupakan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Setiap kompenen memiliki teori dan praktek yang khusus dan memiliki keterkaitan secara sistematis  dengan bagian-bagian lainnya, baik sebagai masukan atau umpan balik dan penilaian. Tahapan-tahapan tersebut merupakan tahapan pengelolaan pembelajaran yang di dalamnya meniliki aktifitas kegiatan masing-masing.
c.       Proses dan sumber
Komponen ini dimaksudkan dengan serangkaian kegiatan yang memanfaatkan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar. Proses dan sumber miliki keterkaitang dengan komponen pengelolaan pembelajaran dI atas. Melalui kompenen proses maka dianalisis dan ditetapkan kegiatan-kegiatan yang tepat dan sistematis melalui pemanfaatan sumber belajar yang telah diputuskan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
d.      Kepentingan belajar
Kompenen belajar dimaksudkan bahwa program pembelajaran yang dirancang pada hakekatnya ditujukan untuk terjadinya belajar pada diri pesrta didik, sehingga masalah belajar yang dimilikinya dapat terpecahkan

4.       Rancangan definisi
Konsep definisi teknologi pendidikan mendapatkan perkembangan pengertian, yaitu studi dan praktek yang etis dalam member kemudahan belajar dan perbaikan kinerja melalui kreasi, penggunaan dan pengelolaan proses dan sumber teknologi yang tepat. Kalau dianalisi, di dalam definisi tersebut terdapat beberapa elemen berikut;
1)      Studi
2)      Praktek yang etis
3)      Kemudahan belajar
4)      Perbaikan kinerja
5)      Kreasi, penggunaan dan pengelolaan
6)      Teknologi yang tepat
7)      Proses dan sumber
Istilah studi yang digunakan dalam definisi tersebut merujuk pada pemaknaan studi sebagai usaha untuk mengumpulkan informasi dan menganalisisnya melebihi pelaksanaan riset yang tradisional, mencakup kajian-kajian kualitatif dan kuantitatif untuk mendalami teori, kajian filsafat, pengkajian historic, pengembangan proyek, kesalahan analisis, analisis system dan penilaian. Studi dalam teknologi pendidikan telah berkembang terutama dalam kaitannya dengan pengembangan model pembelajaran, efektifitas kedudukan media dan teknologi dalam pelaksaan pembelajaran dan penerapan teknologi dalam perbaikan belajar.
Definisi tersebut mengarahkan bahwa teknologi pendidikan memiliki praktek yang etis dalam memberikan kemudahan belajar dan perbaikankinerja belajar peserta didik. Maksud dari praktek yang etis tersebut adalah adanya standar atau norma dalam mengkreasi atau merancang, menggunakan dan mengelola proses pembelajaran dan pemanfaatan sumber belajar untuk kepentingan belajar peserta didik.


Daftar pustaka
Abdulhak, ilmu dan aplikasi pendidikan, grasindo, jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar