Balai Inspirasi

Cari Inspirasi

Senin, 23 Juli 2012

MY TOP FANS Facebook

Selamat Pagi Siang Malam Teman-teman facebook,,,,
walaupun kita ga bertemen di facebook
ahahhaaaaa,,,,,

Kali ini ane mau ngasih share sedikit tentang My Top Fans di facebook nihh,,,,,,
Kalo Kalian pake aplikasi ini pasti ngelirik terus aplikasi ini dan sambil senyum-senyum,,,
siapa yak yang liat profile gue sekarang??? ^_^

Tapi Mohon maaf nih gan kalo ane kasih informasi yang jelek tentang aplikasi ini,,,,,
aplikasi ini bukanlah aplikasi yang baik buat kesehatan rohani ,,,,,, hahhaaaaa
karena bakalan jadiin seseorang PD tingkat dewa,,,

prolognya kepanjangan ya gan,,,,
mari kita bahas,,,

My Top Fans adalah aplikasi yang menyediakan untuk facebookers yang ingin mengetahui siapa saja yang sering melihat profile Anda "Katanyeee",,,
Kenyataanya tidak gan
aplikasi ini hanya mengacak secara random teman-teman yang ada di facebook Anda
Jika Anda perhatikan, yang sering muncul dalam facebook Anda adalah orang-orang yang mempunyai sibling di facebook dengan Anda,,,
dan orang lain hanya di acak-ack secara random ke dalam facebook Anda, karena aplikasi ini hanyalah aplikasi yang iseng-iseng dan hanya ingin membuat Anda bahagia
sebuah ketidak mungkinan jika Facebook Anda yang berhubungan dengan email, dari yahoo atau gmail dan lainnya, sedangkan di email Anda tidak berteman dengan teman yang sebanyak di facebook,,,

silahan Anda periksa lagi dan kalo perlu amati dengan baik didalam MY TOP FANS FACEBOOK Anda

Selasa, 21 Februari 2012

Soal Al-Quran Hadits MA AL falah Klender


Kelompok 1
Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar!!! ^_^
1.       Jelaskan pengertian sanad menurut bahasa, istilah dan berikan pengertian menurut bahasa Anda sendiri ?
2.       Berikan contoh hadits yang lengkap dan berikan garis bawah sanadnya ?
3.       Jelaskan tentang Asahhul Asanid ?
4.       Kenapa hadits bisa disebut menjadi hadits yang shahih, jelaskan secara rinci dari segi sanad, matan dan rawi yang shahih ?
5.       Jelaskan tentang rijal al hadits dengan bahasa Anda sendiri ?
By :         alfalahklender.blogspot.com
                Bentawi.blogspot.com
 

Kelompok 2
Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar!!! ^_^
1.       Jelaskan pengertian matan menurut bahasa, istilah dan berikan pengertian menurut bahasa Anda sendiri ?
2.       Berikan contoh hadits yang lengkap dan berikan garis bawah matannya ?
3.       Jelaskan tentang Ahsan Al Asanid ?
4.       Kenapa hadits bisa disebut menjadi hadits yang hasan, jelaskan secara rinci dari segi sanad, matan dan rawi yang hasan ?
5.       Jelaskan tentang rijal al hadits dengan bahasa Anda sendiri ?
By :         alfalahklender.blogspot.com
                Bentawi.blogspot.com
 

Kelompok3
Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar!!! ^_^
1.       Jelaskan pengertian rawi menurut bahasa, istilah dan berikan pengertian menurut bahasa Anda sendiri ?
2.       Berikan contoh hadits yang lengkap dan berikan garis bawah rawinya ?
3.       Jelaskan tentang Ad’afu Al Asanid ?
4.       Kenapa hadits bisa disebut menjadi hadits yang dhaif, jelaskan secara rinci dari segi sanad, matan dan rawi yang dhaif ?
5.       Jelaskan tentang rijal al hadits dengan bahasa Anda sendiri ?
By :         alfalahklender.blogspot.com
                Bentawi.blogspot.com

Kamis, 19 Januari 2012

JATUHNYA PENDIDIKAN ISLAM KE BARAT

Jatuhnya nizamul mulk salah satu faktornya yakni hampir semua sekolah tinggi dikuasai oleh para pemimpin yang kaya pula dan didukung oleh para pemimpin dari berbagai bidang agama dalam Islam. Serta banyaknya sekolah yang tidak bertoleransi kepada system yang modern.


Adanya persaingan di antara sekolah-sekolah milik golongan, terutama antara kelompok-kelompok agama Syi’ah dan Sunni. Persaingan ini menunjukan semakin meningkatnya jumlah sekolah tinggi tersebut beserta fasilitasnya, sokongan dananya dansebagainya. Serta dapat menjadi kekuatan pendidikan yang sangat besar,kecuali karena keterbatasannya akibat sifat keagamaan saja.


Pada periode yang sama, universitas-universitas baru mulai berkembang di Eropa Barat, terutama di Italia, Jerman, Prancis dan Inggris. Tetapi tidak sebagaimana sekolah-sekolah Islam yang dimiliki oleh kelompok atau golongan dalam dunia Islam, universitas-universitas Barat melestarikan unsur-unsur intelektual terbaik yang pernah dikembangkan oleh riset dan ilmu pengetahuan Islam selama abad-abad kreatifnya.


Karya-karya Islam sampai di Eropa kira-kira pada periode yang sama ketika ilmu pengetahuan sekular sedang mengalami kemunduran dalam Islam. Karya-karya dari ratusan penerjemah tidak saja ditingkatkan, diciptakan dan diperluas oleh beberapa universitas Barat, tetapi juga melahirkan Renaisans Barat. Alasannya tentu saja adalah bahwa kebangkitan terhadap minat ilmu sekular dan riset di Barat ini,meskipun dibatasi oleh semangat keagamaan.


Oleh karena itu, pendidikan Islam direnggut oleh Barat. Sebab Bangsa Islam kita sendiri tidak menginginkan dan menjalankan pendidikan secara modern.

LEMBAGA PENDIDIKAN ALTERNATIVE

Lembaga pendidikan alternative yakni lembaga yang mengajarkan anak didiknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak didiknya, bukan dari pendidik yang mengatur kemampuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik. Berarti pendidik harus sesuai dengan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak didiknya.

Oleh karena itu, jika metode yang digunakan dalam system pendidikan materi ajarnya tergantung pada penyaji, maka peserta didik sulit untuk menerima ilmu dari penyaji jika ilmu yang disampaikan tidak sesuai dengan kemampuan dan cara penyampaian oleh si penyaji.

Selain itu, criteria seseorang yakni ada 3, visual, audio dan kinestetik. Jika tempat yang digunakan oleh penyaji yakni masjid, maka peserta didik yang tipe visual dan kinestetik tidak akan cocok dengan cara pengajaran yang hanya pembelajaran bersifat 1 arah. Oleh karena itu, peserta didik yang tipe kinestetik membutuhkan cara pengajaran yang menggunakan alat bantu seperti LCD dan pengajaran yang bersifat PAIKEM pula. Walaupun ini hanya pendidikan yang bersifat alternative.

Tetapi jika dilihat dari sipenyaji yang merupakan pemuka Islam yang berkualitas dan dipercaya akan kemasyhurannya. Ilmu yang disampaikannya pun penting, bermanfaat dan bukan hanya lelucon semata. Maka peserta didik pun akan tertarik untuk menyerap ilmu tersebut. Sehingga peserta didik akan terpacu untuk menyiapkan dirinya dan menyesuaikan dirinya dengan si penyaji dan membawa alat bantu sendiri untuk menyiapkan dirinya seperti mambawa alat tulis, ataupun alat-alat yang membuat peserta didik nyaman dengan metode yang diterapkan oleh penyaji.

Jadi kesimpulannya dari penjabaran ini adalah, masih mungkin bisa dipakai apabila adanya kesadaran dari peserta didik yang ingin menimba ilmu dimana saja ataupun adanya pihak dari system kuffah ini menyediakan alat-alat yang dapat digunakan dengan baik untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik.

1.2. Keuntungan

a. Mengenal penyaji menjadi lebih dekat

b. Bertambahnya fungsi masjid, karena masjid tidak digunakan hanya untuk shalat saja.

c. Keikhlasan bagi peserta didik untuk membayar ilmu tersebut atau tidak.

d. Semua kalangan dapat belajar bersama.

Kerugian

a. Suasana tempat tidak mendukung, kadang bisa menjadi sangat berisik.

b. Peserta didik boleh meninggalkan kapanpun, walaupun pembahasan belum selesai.

c. Semua pembahasan tergantung dari penyaji, dan waktu penyajian pun tergantung penyaji.

d. Keikhalsan penyaji diberikan sesuatu atau tidak.

1.3. Adapun kelengkapan persyaratan pendirian dan pembukaan program studi pertama, adalah :

a. Latar belakang pendirian sekolah dan pembukaan program studi.

Dalam hal ini perlu adanya pembaharuan yang berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Misalanya adanya penambahan life skill kepada peserta didik. Sehingga sekolah ini menjadi menarik.

b. Tujuan yang akan dicapai

Tujuan dari sekolah ini pun mempunyai tujuan yang baik untuk kemajuan yang telah ditetapkan peraturannya dan bahkan dapat melebihi dari unsure ketetapan nilai tersebut.

c. Faktor pendukung dan faktor pembatas meliputi : jumlah calon peserta didik, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, serta pendanaan.

Senin, 09 Januari 2012

LEADERSHIP (KEWIRAUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN)


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Telah jelas bahwasanya kita sebagai umat manusia haruslah menjadi seorang khalifah (pemimpin). Banyak manusia yang tidak menyadari hal tersebut, malah berbuat semaunya tanpa melihat dampak yang akan terjadi padanya dan sekitarnya.Oleh karena itu, manusia haruslah bisa mengatur dirinya sendiri dan apa yang akan dilakukannya.
Keberhasilan dan kegagalan pasti ada dalam kehidupan ini, manusia yang mempunyai sifat kepemimpinan pasti akan terus berjuang untuk menemukan jalan keluarnya dan tidak akan jatuh pada lubang yang sama.
Jiwa kepemimpinan adalah jiwa yang bisa merangkul satu dengan yang lainnya tanpa adanya perbedaan.
Seorang pemimpin tidak bisa disebut sebagai pemimpin tanpa adanya masyarakat atau orang lain yang mendukungnya untuk memimpin, ataupun pemimpin tersebut memberanikan diri untuk membela, mendukung dan dapat dipercaya menjadi pemimpin oleh orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan saat ini, banyak orang-orang ingin menjadi pemimpin agar mendapatkan jabatan dan pandangan yang tinggi oleh orang lain. Oleh karena itu, bagi yang kita memilih agar menjadi pemimpin yang baik dan membela hak-hak kita yang telah tertera dalam peraturan Negara.
Pemimpin kewirausahaan kelas kecil masih dapat memperlakukan bawahannya lebih baik dan dapat saling bekerjasama. Akan tetapi bagi mereka yang berkewirausahaan kelas menengah keatas jarang sekali terlihat untuk saling mengenal, berbincang dan memperhatikan bawahannya.[1]
Semakin banyaknya orang yang ingin menjadi pemimpin, makin banyak pula kecurangan yang terjadi agar bisa menjadi pemimpin.
Dilihat dari segi kewirausahaan, secara ekonomi memang mendukung untuk mensejahterakan diri sendiri, tetapi sebagai pemimpin yang baik adalah mensejahterakan semua yang ikut kedalam perusahaan atau yang menjadi bawahannya. Dengan melakukan hal tersebut maka akan terjalinnya hubungan yang baik antara pemimpin dengan bawahannya.
Kepemimpinan sudah menjadi suatu landasan untuk sampai pada prasyarat kapasitas-kapasitas khusus seseorang, identitas seseorang, dan kemudian menghayati hidupnya sesuai dengan identitas itu. Kepemimpinan tidak dipusatkan pada kehidupan di puncak posisi. Kepemimpinan berpusat pada hidup sendiri. Pada saat itu memahami kenyataan ini, kita berada dalam posisi untuk menyadari bahwa kepemimpinan dimulai dengan langkah personal dari diri seseorang yang terarah kedalam lubuk hatinya.[2]
B.   Identifikasi Masalah
Dari penjelasan diatas merupakan kesimpulan dari artikel-artikel dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.    Ekonomi kini menjadi nomor satu yang selalu dicari setiap orang. Sehingga banyak orang berbondong-bondong mencari sebuah pekerjaan dan jabatan yang baik. Akan tetapi sikap, sifat, dan mental seorang pemimpin harus disiapkan agar semua yang dilakukannya dapat di atur (manage) sesuai dengan keseharian.
2.    Dengan adanya kalimat “Keberhasilan dan Kegagalan”, banyak orang yang takut akan kalimat kegagalan tersebut sebelum mencoba.
3.    Langkah personal yang berasal dari landasan pola pikir yang terlalu naïf akan sebuah jabatan akan menjatuhkan orang tersebut secara perlahan dan menjadikan kepribadian orang tersebut berbeda serta tidak teratur.
C.   Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
1.    Apakah pemimpin harus selalu menyuruh dan membedakan dirinya bersama bawahannya?
2.    Bagaimanakah sikap yang baik bagi seorang pemimpin bagi bawahannya?
3.    Bagaimanakah sikap pemimpin yang tidak otoriter?
  
BAB II
PERMASALAHAN
A.   Ekonomi dan Kepemimpinan
Seorang wirausahawan pada dasarnya juga merupakan seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang lebih baik. Maka akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika Anda percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, secara efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang dapat berkesinambungan dari bisnis perusahaan Anda.
Wirausahawan yang merupakan juga seorang pemimpin perusahaan harus menyadari bahwa tujuan perusahaan akan dapat dicapai dengan baik jika adanya jalinan kerja sama yang baik antara lingkungan internal dan eksternal. 
Secara internal dapat dilihat, jika seorang pemimpin menyadari tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa bawahannya. Maka dia akan mendekatkan diri kepada bawahannya secara baik dan selalu memperhatikan bawahannya. Dengan melakukan hal ini, secara garis besar seorang pemimpin seperti hal tersebut akan dilihat baik dimata bawahannya. Baik secara pendekatan yang beragam yang dapat dilakukan, lalu secara lebih baik lagi apabila seorang pemimpin dapat terbuka dengan masalah ekonomi/pendapatan dalam pimpinannya.
Apabila secara internal baik, maka seorang pemimpin akan baik pula dengan pihak luar yang disebut faktor eksternal.
Ekonomi yang membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang akan membuat perubahan. Dari perubahan tersebut akan merubah pula pola pikir bagi pemimpin yang mengaturnya. Dengan adanya perubahan yang baru dari ekonomi yang didapat, maka seorang pemimpin haruslah berhati-hati dalam mengaturnya. Sehingga dari ekonomi tersebut dapat digunakan untuk hal-hal yang berpotensi baik.
B.   Keberhasilan dan Kegagalan
Dalam setiap orang yang berwirausaha akan mengalami maju mundur ataupun keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan merupakan cita-cita dan harapan bagi setiap pemimpin. Akan tetapi, 70% dari orang kebanyakan takut akan mengerjakan yang bersifat kewirausahaan karena adanya kegagalan dan kerugian yang menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk memulihkannya kembali.
Pemimpin yang bersifat terbuka, inovatif dan kreatif akan selalu berani melawan itu semua dan akan mencari terus keberhasilan dan kesejahteraan bagi dirinya dan bawahannya.[3]
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
C.   Pola Pikir
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Seorang pemimpin haruslah memiliki criteria pola pikir yang baik, sebagai berikut :
1.    Percaya diri, memiliki keyakinan, individualitas, mandiri, dan optimism yang tinggi.
2.    Mampu mengidentifikasi peluang usaha.
3.    Memiliki rasa percaya diri serta mampu besrsikap positi terhadap lingkungannya.
4.    Bertingkal laku pemimpin
5.    Memiliki inisiatf, kreatif, dan inovatif.
6.    Mampu bekerja keras.
7.    Berpandangan luas dengan visi kedepan yang baik.
8.    Berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
9.    Tanggap terhadap saran dan kritik.[4]
Dengan memiliki hal-hal tersebut, seorang pemimpin akan mempunyai jati diri dan peikiran yang luas sesuai dengan perkembangan zamannya.

BAB III
PEMBAHASAN
Istilah kewirausahaan sudah lama menjadi wacana di Indonesia baik pada tingkatan formal di perguruan tinggi dan pemerintahan maupun pada tingkat nonformal pada kehidupan ekonomi di masyarakat. 
Dilihat dari terminologi, dulu dikenal adanya istilah wiraswasta dan kewirausahaan. Sekarang tampaknya sudah ada semacam konvensi dan baku istilah tersebut menjadi wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneur-ship). 
Sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah ada.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang diraih karena kekuatan adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah dikemas dalam botol.
Keberanian mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar di dunia.
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?
Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.
Dalam buku ini juga diungkapkan tentang para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.
Seratus jurus sukses bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko.
Sosok Steve Jobs, sang pendiri Apple lah yang memiliki visi jauh ke depan sehingga membuat Apple menjadi perusahaan yang sangat disegani hingga kini. Namun, jika menengok kisah Steve, kita sebenarnya bisa melihat betapa ia adalah sosok pengagum kesederhanaan dan keindahan. Inilah dua kunci dasar selain visinya ke depan yang membuat Apple berhasil mematahkan dominasi Microsoftnya Bill Gates.
IQ-nya yang tinggi membuat Steve ikut kelas percepatan. Tapi, ia sering diskors gara-gara tingkahnya yang nakal – meledakkan mercon hingga melepas ular di kelas. Di usianya yang ke-17, ia kuliah di Reed College, Portland, Oregon. Namun, ia drop out setelah satu semester. Meski begitu, ia tetap mengikuti kelas kaligrafi di universitas tersebut. Hal itulah yang membuatnya sangat mencintai keindahan.
Tahun 1974 ia kembali ke California. Ia bekerja di perusahaan game Atari bersama Steve Wozniak. Suatu ketika, Steve Jobs tertarik pada komputer desain Wozniak. Ia pun membujuk Wozniak untuk mendirikan perusahaan komputer. Dan, sejak itulah, tepatnya 1 April 1976, di usinya yang ke-21, Steve mendirikan Apple Computer. Singkat cerita, kisah sukses segera menjadi bagian hidupnya bersama Apple.
Saat itulah, Steve kembali ke Apple, hasil dari akuisisi Apple terhadap NeXT. Banyak orang yang meramalkan Steve tak kan lagi mampu mengangkat Apple. Steve menanggapinya dengan dingin. “Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kita yakini,” sebut Steve.
Steve kembali mengorbitkan Apple ke jajaran elit produsen alat teknologi papan atas. iPod dan iPhone saat ini menjadi produk yang sangat laris di pasaran. Visinya ke depan juga membuat iTunes, sukses jadi toko musik digital paling sukses di dunia. Ia menjawab keraguan orang dengan kerja nyata dan hasil gemilang. Bentuk indah, elegan, sederhana, namun powerful, menjadi ciri khas produk Apple hingga saat ini.
Kecintaan ini pada apa yang kita lakukan akan menjadi jalan kita menuju kesuksesan. Hal itulah yang dibuktikan oleh sosok Steve Jobs. Bahkan, meski ia sempat terpuruk dan “diusir” dari perusahaannya sendiri, kecintaannya pada teknologi membuatnya kembali. Inilah bukti nyata bahwa jika kita mencintai pekerjaan kita dengan sepenuh hati, hasil yang dicapai pun akan jauh lebih maksimal.
Dari rangkuman cerita seorang yang sangat mencintai keahliannya dan tidak pernah pantang menyerahlah akan mengalami kesuksesan. Tidak ada kata kegagalan yang dia takuti, walaupun jatuh tetapi dia dapat bengun kembali. Bahkan menjadikan dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dengan memiliki jiwa kewirausahaan, seseorang baik sebagai pengusaha ataupun sebagai birokrat dalam suatu institusi akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif. [5]
Kadarsan menyatakan bahwa kepemimpinan (Leadership) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok sehingga memiliki 4 implikasi tentang kepemimpinan.
Beberapa syarat pemimpin dijelaskan oleh Ordway Tead dalam Purnomo dengan sembilan syaratnya. Terry dalam Purnomo dengan 8 sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Koontz & Donnel dalam Hasibuan dengan 6 hal yang harus dimiliki seorang pemimpin. 
Berdasarkan unsur-unsurnya kepemimpinan terbagi ke dalam 5 jenis, yaitu Leader pengikut, organisasi, objective, dan lingkungan. 
Seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan yang dirasakan (perceived power) seperti memaksa (coercive), imbalan (reward), sah (legitimate), ahli (expert), dan referensi (referent).
Seorang pemimpin dalam melakukan kegiatannya dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan.[6]
RL. Kahn dalam Hasibuan menyatakan bahwa seorang pemimpin dikatakan mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik apabila:
·         Dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya;
·         Menyusun jalur pencapaian tujuan sebagai pedoman untuk mengerjakan pekerjaannya;
·         Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan;
·         Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka dapat berguna secara organisatoris.


DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Laurence. “Identity Is Destiny (Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan Nilai)”, PT Gramedia Pustaka Umum Jakarta.
Hiscrich, Roberth D, “Entrepreneurship (Kewirausahaan)”, Salemba Empat, Jakarta.
Saraswati, Mila dan Widaningsih, Ida, 2006. “Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial”, Grafindo Media Pratama, Bandung.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Zimeren, Thomas W. And Scarborough, Norman R. “Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil”, Salemba Empat, Jakarta.




[1] Thomas W. Zimeren And Norman R. Scarborough, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, (Jakarta; Salemba Empat), hal. 302
[2]Laurence D. Ackerman, Identity Is Destiny (Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan Nilai), (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Umum), hal.  8
[3] Op. Cit, Thomas W. Zimeren And Norman R. Scarborough, hal 406
[4] Mila Saraswati dan Ida Widaningsih, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung; Grafindo Media Pratama, 2006), hal.  145
[5] Roberth D. Hiscrich, Entrepreneurship (Kewirausahaan), (Jakarta, Salemba Empat), hal. 100
[6] Ibid, Roberth D. Hiscrich. Hal 101

Kamis, 05 Januari 2012

IMPIAN MENJADI GURU DI MASA DEPAN



Pendidikan merupakan hal pertama yang dipikirkan oleh setiap orang tua. Oleh karena itu, pembenahan diri terhadap pendidikan yang bermutu sebagai calon guru merupakan modal dari terbentuknya sebuah keluarga untuk anaknya.

Sejak SMA kelas 11, saya telah bercita-cita untuk menjadi seorang guru dan hal ini didukung oleh keluarga pula.

Selain itu, adanya niat dari diri sendiri untuk bercita-cita menjadi seorang guru, sekaligus adanya contoh dan bantuan dari kakak-kakak perempuan yang semuanya menjadi seorang guru dari zaman saya masih SD hingga sekarang mengabdi kepada sekolah.

Untuk membenahi system pendidikan yang baik, perlu adanya perbaikan atau pembenahan pada diri sendiri sebagai calon guru serta memahami perbedaan pendidikan antara mendidik SD, SMP, SMA dan perkuliahan.

Setelah memasuki masa perkuliahan, saya mulai meneliti untuk mencari jawaban. Bagaimanakah cara mendidik anak SMK terlebih dahulu???

Ternyata setelah saya mengajar disekolah tersebut, banyak hal yang perlu dibenahi pada diri saya sendiri. Seperti halnya, dalam bidang beribadah kepada YME, perlu ditingkatkan lagi agar menjadi contoh yang baik bagi peserta didik. Selain itu, dari segi pengajaran perlu adanya pembelajaran yang menarik yakni dengan menggunakan games ataupun system PAIKEM yang kini diajarkan kepada guru-guru agar memberikan pembelajaran lebih menarik..

Setelah itu, saya memberanikan diri untuk mengajar di SD. Pada saat itu saya hanya berfikir “ah kayanya gampang kalo Cuma ngajar anak SD kaya ngajarin keponakan dirumah”. Walhasil yang saya dapatkan dari SD tersebut adalah hal yang sama dengan system pengajaran di SMK dan penambahan perlu adanya kesabaran dan ketelatenan yang baik untuk mendidik mereka.

Dari semua itu, pola pikir yang berbeda tentang cara mendidik dengan taraf yang berbeda pula harus ditingkatkan. Walaupun sekarang guru hanya mengajar di satu sekolah saja dan dengan satu taraf saja. Tetapi perlu adanya penambahan pembelajaran yang baik untuk seorang anaknya sendiri sesuai dengan tingkatan anak yang mereka miliki.

Pembenahan diri, penambahan ilmu, perbaikan system pengajaran yang lebih maju menjadi modal tersendiri bagi si pendidik. Jika dilihat untuk zaman sekarang, sudah mulai adanya perbaikan yang maju dan modern dengan adanya pelatihan-pelatihan bagi guru.

Terlihat dari segi hal tersebut, kemajuan dari pola pikir seorang guru memang perlu diperlukan. Menerima pendapat peserta didik, bergaul dengan peserta didik. Peran dan figur para guru menjadi penting tatkala perilaku baik menjadi tujuan yang hendak dicapai.

Mungkin terlihat mudah bagi kita untuk melaksanakan ini semua, tetapi tidak pada kenyataannya. Tidak semua orang bisa mengajar dan mendidik, perlu adanya tingkat mental yang baik dan jiwa yang semangat untuk mencari ilmu serta memberikan ilmu kepada orang yang membutuhkan yakni disebut peserta didik.

Impian menjadi guru yang dari dulu saya cita-citakan kini telah terwujud, dan disyukuri atas nikmat Allah berikan kepada saya. Ikhtiar yang saya lakukan kini telah membuahkan hasil yang telah diharapkan.

Belajar dari keluarga itu, sangatlah menarik jika hal itu diterapkan dalam keluarga pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah kaitannya dengan korps guru.

Bagaimana para guru menjaga keutuhan guru-guru sebagai satu keluarga pendidik adalah sebuah proses pembentukan karakter sebagai pendidik yang baik dan benar?? Problematik pastinya akan menyelimuti dan bergejolak dalam keluarga pendidik itu. Perbedaan pendapat, keragaman karakter, dan aneka latar belakang menjadi faktor yang bisa memunculkan berbagai problematik yang bahkan merujuk pada konflik. Dalam kehidupan bersama, hal itu semestinya menjadi sebuah kenormalan dan kesadaran bersama.

Masalahnya adalah bagaimana guru-guru dalam satu kesatuan keluarga pendidik bersikap ke luar berangkat dari perbedaan yang memungkinkan adanya konflik itu. Inilah sebuah proses pribadi dalam komunitas keluarga pendidik menuju pada pembentukan karakter guru yang bijaksana. Ketidakmampuan mengolah konflik atau lika-liku proses di dalam keluarga pendidik kadangkala dengan mudahnya mencari sebuah pelampiasan yang cenderung menjadi sebuah pembelaaan atau pembenaran diri.

Sebagai sebuah contoh, adanya beberapa guru dalam satu bidang studi dapat menimbulkan ketidakdewasaan guru yang menjurus pada perilaku tidak bijaksana di luar keluarga pendidik. Adanya perbedaan paradigma dalam pembelajaran atau bahkan permasalahan pribadi di antara mereka seringkali dengan mudah masing-masing guru saling menjelek-jelekkan di depan siswa atau juga orang tua siswa. “Wah…. gak benar seperti itu! Gurumu kelas satu tuh gimana tho ngajarnya?” Itu sebuah contoh ungkapan seorang guru di kelas dua yang secara tidak langsung mau mengatakan bahwa guru kelas satu dari anak-anak itu “salah” atau lebih keras lagi “bodoh”. Atau, “Wah…. memang benar bu, Pak/Bu X itu kalau ngajar asal-asalan.” Ini malah secara terang-terangan menjelek-jelekkan guru lain di depan orang tua siswa.

Sesungguhnya menjelekkan anggota keluarga lain (sesama guru) tidak memberi solusi apa-apa, malah justru menunjukkan ketidakdewasaan karakter karena membuat masalah keluarga pendidik menjadi konsumsi publik yang tidak tahu-menahu konteks permasalahanya. Yang ada adalah justru membuat penghakiman atas guru tertentu yang mana penghakiman itu melahirkan sebuah fitnah yang keji. Fitnah inilah sebuah pembunuhan karakter yang tidak adil karena orang yang difitnah tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan apa-apa. Yang ada adalah para murid dan orang tua siswa menghakimi guru tertentu atas dasar informasi guru tertentu pula.

Akhirnya, pembelajaran dalam keluarga pendidik harus terus dilakukan secara berkesinambungan untuk mendewasakan masing-masing pribadi. Usia sesorang bukanlah ukuran dan jaminan kedewasaan karakter sesorang. Namun kemauan belajar dan terus belajar adalah sebuah harapan akan kedewasaan karakter, khsusnya dalam keluarga pendidik. Peran pemimpin sangat penting dalam memfasilitasi para anggota keluarga pendidik untuk terus belajar lewat perjumpaan bersama dalam suasana bicara dari hati ke hati secara teratur dan terus menerus, seperti sarasehan guru, pembelajaran di alam untuk guru, acara rohani bersama, dan masih banyak lagi. Marilah kita mendewasakan karakter diri sendiri demi karakter/kepribadian keluarga dengan mengupayakan guru yang bijaksana!!

Ranah proses berfikir (Kognitif), ranah nilai atau sikap (Afektif), dan Ranah keterampilan (Psikomotorif). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga hal atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:

1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?

2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?

3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara konkrit dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Akan tetapi diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Sedangkan akhlak yang menjadi citra bangsa menjadi lebih baik menjadi di nomor kesekiankan.

Tugas pendidik atau guru bukan sekedar menyalurkan ilmu pengetahuan, tetapi merangkumi pendidikan akhlak kepada anak murid. Mengajar dalam apa bidang sekalipun, aspek membina kepribadian seharusnya diletakkan sebagai teras kepada usaha pendidikan itu. Dalam zaman serba modern secara pengajarannya guru juga semakin bersabar dengan tingkah laku peserta didik. Banyak dilaporkan mengenai adanya guru yang tidak dapat mengatur emosi lalu mengambil tindakan menghukum anak didik di luar batas etika sebagai seorang pendidik.

Pada suatu tingkat tertentu mungkin guru yang terlihat afektif tidak efektif pada tingkat yang lain, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam tingkat perkembangan mental dan emosional peserta didik. Dengan kata lain para siswa memiliki respons yang berbeda-beda terhadap pola-pola prilaku guru yang sama. Guru yang baik dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda ataupun anak-anak kecil tergantung taraf guru tersebut mengajar. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya. Mereka tidak lekas tersinggung apabila ada yang berbeda opini dengannya, bahkan dapat menerimanya jika itu yang terbaik untuk dirinya. Mereka secara psikologi lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat diterima. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya tentang bekerjanya psikologi dan kultural di dalam kelas.

Guru perlulah senantiasa ingat bahwa mendidik manusia memerlukan kesabaran tinggi dan nilai kasih sayang yang kental. Tanpa dua sifat penting itu, guru akan berhadapan masalah. Dengan kasih saying seorang guru serta diiringi dengan kesabaran dan ketekunan dalam mendidik peserta didik akan membuahkan hasil yang baik bagi peserta didik dan timbale balik kepada guru itu menjadi guru favourite di sekolah tersebut dan disayangi serta dihormati oleh peserta didik.

Dengan menjadi guru seperti itu, system belajar dan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Seorang guru akan nyaman dengan keadaan kelas yang peserta didiknya saying akan kepada gurunya, bukan membangkang kepada gurunya.

Guru lebih mudah dikenal dan diingat siswa. Guru yang berkarakter lebih dikenang dibadingkan guru yang biasa saja “yang penting ngajar”. Jika guru memiliki murid yang selalu diidolakan dan dibanggakan, begitu pula sebaliknya, murid pun memiliki guru idola.

Menerangkan dengan jelas. penyampaian materi yang jelas menjadi poin plus untuk setiap guru. Terlebih lagi apabila guru tersebut mau mengulang materi yang telah disampaikan jika masih ada siswa yang kurang paham.

Periang dan memiliki rasa humor. Sikap periang dan memiliki selera humor dapat mencairkan suasana yang tegang dalam kelas. Hendaknya sikap periang dan humor ini ditempatkan pada situasi, kondisi yang tepat dan tidak berlebihan.

Menaruh perhatian kepada setiap siswa tanpa “menganak-emaskan” salah satu dari mereka. Serta selalu memahami situasi siswa baik fisik maupun mental.

Memberi motivasi untuk membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Tegas dan sanggup menguasai kelas. Tidak suka ngomel, mencela, dan marah-marah. apalagi tanpa sebab yang logis. Mempunyai pribadi yang bisa dicontoh. Biasanya siswa akan memandang dari penampilan fisik kemudian berlanjut pada kepribadian.

Mulai sekarang mari berusaha dan terus mencoba untuk menjadi guru sekaligus sahabat yang menyenangkan bagi murid kita. Guru yang diidolakan oleh muridnya adalah guru yang selalu dicari jika tak hadir. Murid akan marah jika bukan kita yang mengajar, dan selalu dinantikan kedatangannya

Dari penjabaran semua ini, marilah kita membentuk kepribadian menjadi lebih baik, meningkatkan kesabaran, ketelatenan, saling menghormati dengan satu ruang lingkup guru, menyayangi peserta didik seperti halnya menyayangi keluarga sendiri. Insya Allah akan tercapai keharmonisan yang indah dalam ruang lingkup sekolah maupun diluar sekolah.

CONTOH SKRIPSI


BAB  II
PERANAN MEDIA PENDIDIKAN
A.   Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT ( Association for Educational Communication and Tecnologi ) mendefinisikan media yaitu sebagai bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Salah satunya adalah media sebagai salah satu bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan informasi /pesan. Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang media pendidikan , menurut Cagne ( 1970 ) menyatakan media  adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.[1]  Sementara Briggs (1970 ) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta dapat merangsang siswa untuk belajar . Buku , film, kaset, adalah contoh-contohnya[2].
Pendapat lain dikemukakan oleh Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima ( receiver ) informasi.hampir sama dengan pendapat di atas, menurut Kemp dan Dayton peran media dalam
BAB III
 PROFIL SEKOLAH
GAMBARAN UMUM YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
AL WATHONIYAH AL HAMIDIYAH

A. Sejarah Berdirinya Madrasah Al Wathoniyah Al Hamidiyah
                              Yayasan pendidikan Islam Al Wathoniyah Al Hamidiyah adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh K.H. Muhalie M.T beserta istri Ustz. Hj. Hamidah Ali, sekolah yang dibangun tahun 1970  ini berdiri di atas lahan seluas 1200meter   dengan luas bangunan 800 meter dan telah memiliki sekolah di dua tempat yaitu di jalan I Gusti ngurah Rai, Klender sebagai pusat sekolah dan di jalan Kerta Radjiman Widyo Diningrat Cakung, Jakarta timur sebagai cabang sekolah dan memiliki dua jenjang yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah yang terakreditasi B, dengan waktu balajar pukul 06.30 sampai pukul 14.30.
                              Sebagaimana halnya basikmadrasah tujuan didirikannya madrasah ini adalah untuk turut mengembangkan masyarakat dalam bidang intelektual bercirikan islam.
B. Visi dan Misi Sekolah
Visi       : Madrasah Al wathoniyah Al HAmidiyah berupaya mendidik   siswa/siswi menjadi cerdas inteletual dan spiritual, kkreatif serta disiplin.



[1]         Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta, Pustekkom DIKNAS )
[2]        Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal 10