Jatuhnya nizamul mulk salah satu faktornya yakni hampir semua sekolah tinggi dikuasai oleh para pemimpin yang kaya pula dan didukung oleh para pemimpin dari berbagai bidang agama dalam Islam. Serta banyaknya sekolah yang tidak bertoleransi kepada system yang modern.
Adanya persaingan di antara sekolah-sekolah milik golongan, terutama antara kelompok-kelompok agama Syi’ah dan Sunni. Persaingan ini menunjukan semakin meningkatnya jumlah sekolah tinggi tersebut beserta fasilitasnya, sokongan dananya dansebagainya. Serta dapat menjadi kekuatan pendidikan yang sangat besar,kecuali karena keterbatasannya akibat sifat keagamaan saja.
Pada periode yang sama, universitas-universitas baru mulai berkembang di Eropa Barat, terutama di Italia, Jerman, Prancis dan Inggris. Tetapi tidak sebagaimana sekolah-sekolah Islam yang dimiliki oleh kelompok atau golongan dalam dunia Islam, universitas-universitas Barat melestarikan unsur-unsur intelektual terbaik yang pernah dikembangkan oleh riset dan ilmu pengetahuan Islam selama abad-abad kreatifnya.
Karya-karya Islam sampai di Eropa kira-kira pada periode yang sama ketika ilmu pengetahuan sekular sedang mengalami kemunduran dalam Islam. Karya-karya dari ratusan penerjemah tidak saja ditingkatkan, diciptakan dan diperluas oleh beberapa universitas Barat, tetapi juga melahirkan Renaisans Barat. Alasannya tentu saja adalah bahwa kebangkitan terhadap minat ilmu sekular dan riset di Barat ini,meskipun dibatasi oleh semangat keagamaan.
Oleh karena itu, pendidikan Islam direnggut oleh Barat. Sebab Bangsa Islam kita sendiri tidak menginginkan dan menjalankan pendidikan secara modern.
Kamis, 19 Januari 2012
LEMBAGA PENDIDIKAN ALTERNATIVE
Lembaga pendidikan alternative yakni lembaga yang mengajarkan anak didiknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak didiknya, bukan dari pendidik yang mengatur kemampuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik. Berarti pendidik harus sesuai dengan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak didiknya.
Oleh karena itu, jika metode yang digunakan dalam system pendidikan materi ajarnya tergantung pada penyaji, maka peserta didik sulit untuk menerima ilmu dari penyaji jika ilmu yang disampaikan tidak sesuai dengan kemampuan dan cara penyampaian oleh si penyaji.
Selain itu, criteria seseorang yakni ada 3, visual, audio dan kinestetik. Jika tempat yang digunakan oleh penyaji yakni masjid, maka peserta didik yang tipe visual dan kinestetik tidak akan cocok dengan cara pengajaran yang hanya pembelajaran bersifat 1 arah. Oleh karena itu, peserta didik yang tipe kinestetik membutuhkan cara pengajaran yang menggunakan alat bantu seperti LCD dan pengajaran yang bersifat PAIKEM pula. Walaupun ini hanya pendidikan yang bersifat alternative.
Tetapi jika dilihat dari sipenyaji yang merupakan pemuka Islam yang berkualitas dan dipercaya akan kemasyhurannya. Ilmu yang disampaikannya pun penting, bermanfaat dan bukan hanya lelucon semata. Maka peserta didik pun akan tertarik untuk menyerap ilmu tersebut. Sehingga peserta didik akan terpacu untuk menyiapkan dirinya dan menyesuaikan dirinya dengan si penyaji dan membawa alat bantu sendiri untuk menyiapkan dirinya seperti mambawa alat tulis, ataupun alat-alat yang membuat peserta didik nyaman dengan metode yang diterapkan oleh penyaji.
Jadi kesimpulannya dari penjabaran ini adalah, masih mungkin bisa dipakai apabila adanya kesadaran dari peserta didik yang ingin menimba ilmu dimana saja ataupun adanya pihak dari system kuffah ini menyediakan alat-alat yang dapat digunakan dengan baik untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik.
1.2. Keuntungan
a. Mengenal penyaji menjadi lebih dekat
b. Bertambahnya fungsi masjid, karena masjid tidak digunakan hanya untuk shalat saja.
c. Keikhlasan bagi peserta didik untuk membayar ilmu tersebut atau tidak.
d. Semua kalangan dapat belajar bersama.
Kerugian
a. Suasana tempat tidak mendukung, kadang bisa menjadi sangat berisik.
b. Peserta didik boleh meninggalkan kapanpun, walaupun pembahasan belum selesai.
c. Semua pembahasan tergantung dari penyaji, dan waktu penyajian pun tergantung penyaji.
d. Keikhalsan penyaji diberikan sesuatu atau tidak.
1.3. Adapun kelengkapan persyaratan pendirian dan pembukaan program studi pertama, adalah :
a. Latar belakang pendirian sekolah dan pembukaan program studi.
Dalam hal ini perlu adanya pembaharuan yang berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Misalanya adanya penambahan life skill kepada peserta didik. Sehingga sekolah ini menjadi menarik.
b. Tujuan yang akan dicapai
Tujuan dari sekolah ini pun mempunyai tujuan yang baik untuk kemajuan yang telah ditetapkan peraturannya dan bahkan dapat melebihi dari unsure ketetapan nilai tersebut.
c. Faktor pendukung dan faktor pembatas meliputi : jumlah calon peserta didik, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, serta pendanaan.
Oleh karena itu, jika metode yang digunakan dalam system pendidikan materi ajarnya tergantung pada penyaji, maka peserta didik sulit untuk menerima ilmu dari penyaji jika ilmu yang disampaikan tidak sesuai dengan kemampuan dan cara penyampaian oleh si penyaji.
Selain itu, criteria seseorang yakni ada 3, visual, audio dan kinestetik. Jika tempat yang digunakan oleh penyaji yakni masjid, maka peserta didik yang tipe visual dan kinestetik tidak akan cocok dengan cara pengajaran yang hanya pembelajaran bersifat 1 arah. Oleh karena itu, peserta didik yang tipe kinestetik membutuhkan cara pengajaran yang menggunakan alat bantu seperti LCD dan pengajaran yang bersifat PAIKEM pula. Walaupun ini hanya pendidikan yang bersifat alternative.
Tetapi jika dilihat dari sipenyaji yang merupakan pemuka Islam yang berkualitas dan dipercaya akan kemasyhurannya. Ilmu yang disampaikannya pun penting, bermanfaat dan bukan hanya lelucon semata. Maka peserta didik pun akan tertarik untuk menyerap ilmu tersebut. Sehingga peserta didik akan terpacu untuk menyiapkan dirinya dan menyesuaikan dirinya dengan si penyaji dan membawa alat bantu sendiri untuk menyiapkan dirinya seperti mambawa alat tulis, ataupun alat-alat yang membuat peserta didik nyaman dengan metode yang diterapkan oleh penyaji.
Jadi kesimpulannya dari penjabaran ini adalah, masih mungkin bisa dipakai apabila adanya kesadaran dari peserta didik yang ingin menimba ilmu dimana saja ataupun adanya pihak dari system kuffah ini menyediakan alat-alat yang dapat digunakan dengan baik untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik.
1.2. Keuntungan
a. Mengenal penyaji menjadi lebih dekat
b. Bertambahnya fungsi masjid, karena masjid tidak digunakan hanya untuk shalat saja.
c. Keikhlasan bagi peserta didik untuk membayar ilmu tersebut atau tidak.
d. Semua kalangan dapat belajar bersama.
Kerugian
a. Suasana tempat tidak mendukung, kadang bisa menjadi sangat berisik.
b. Peserta didik boleh meninggalkan kapanpun, walaupun pembahasan belum selesai.
c. Semua pembahasan tergantung dari penyaji, dan waktu penyajian pun tergantung penyaji.
d. Keikhalsan penyaji diberikan sesuatu atau tidak.
1.3. Adapun kelengkapan persyaratan pendirian dan pembukaan program studi pertama, adalah :
a. Latar belakang pendirian sekolah dan pembukaan program studi.
Dalam hal ini perlu adanya pembaharuan yang berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Misalanya adanya penambahan life skill kepada peserta didik. Sehingga sekolah ini menjadi menarik.
b. Tujuan yang akan dicapai
Tujuan dari sekolah ini pun mempunyai tujuan yang baik untuk kemajuan yang telah ditetapkan peraturannya dan bahkan dapat melebihi dari unsure ketetapan nilai tersebut.
c. Faktor pendukung dan faktor pembatas meliputi : jumlah calon peserta didik, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, serta pendanaan.
Senin, 09 Januari 2012
LEADERSHIP (KEWIRAUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui".
Telah jelas bahwasanya kita sebagai umat
manusia haruslah menjadi seorang khalifah (pemimpin). Banyak manusia yang tidak
menyadari hal tersebut, malah berbuat semaunya tanpa melihat dampak yang akan
terjadi padanya dan sekitarnya.Oleh karena itu, manusia haruslah bisa mengatur
dirinya sendiri dan apa yang akan dilakukannya.
Keberhasilan dan kegagalan pasti ada
dalam kehidupan ini, manusia yang mempunyai sifat kepemimpinan pasti akan terus
berjuang untuk menemukan jalan keluarnya dan tidak akan jatuh pada lubang yang
sama.
Jiwa kepemimpinan adalah jiwa yang bisa
merangkul satu dengan yang lainnya tanpa adanya perbedaan.
Seorang pemimpin tidak bisa disebut
sebagai pemimpin tanpa adanya masyarakat atau orang lain yang mendukungnya
untuk memimpin, ataupun pemimpin tersebut memberanikan diri untuk membela,
mendukung dan dapat dipercaya menjadi pemimpin oleh orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan saat ini,
banyak orang-orang ingin menjadi pemimpin agar mendapatkan jabatan dan
pandangan yang tinggi oleh orang lain. Oleh karena itu, bagi yang kita memilih
agar menjadi pemimpin yang baik dan membela hak-hak kita yang telah tertera
dalam peraturan Negara.
Pemimpin kewirausahaan kelas kecil masih
dapat memperlakukan bawahannya lebih baik dan dapat saling bekerjasama. Akan
tetapi bagi mereka yang berkewirausahaan kelas menengah keatas jarang sekali
terlihat untuk saling mengenal, berbincang dan memperhatikan bawahannya.[1]
Semakin banyaknya orang yang ingin
menjadi pemimpin, makin banyak pula kecurangan yang terjadi agar bisa menjadi
pemimpin.
Dilihat dari segi kewirausahaan, secara
ekonomi memang mendukung untuk mensejahterakan diri sendiri, tetapi sebagai
pemimpin yang baik adalah mensejahterakan semua yang ikut kedalam perusahaan
atau yang menjadi bawahannya. Dengan melakukan hal tersebut maka akan
terjalinnya hubungan yang baik antara pemimpin dengan bawahannya.
Kepemimpinan sudah menjadi suatu landasan
untuk sampai pada prasyarat kapasitas-kapasitas khusus seseorang, identitas
seseorang, dan kemudian menghayati hidupnya sesuai dengan identitas itu.
Kepemimpinan tidak dipusatkan pada kehidupan di puncak posisi. Kepemimpinan
berpusat pada hidup sendiri. Pada saat itu memahami kenyataan ini, kita berada
dalam posisi untuk menyadari bahwa kepemimpinan dimulai dengan langkah personal
dari diri seseorang yang terarah kedalam lubuk hatinya.[2]
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan diatas merupakan
kesimpulan dari artikel-artikel dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Ekonomi kini menjadi nomor satu yang
selalu dicari setiap orang. Sehingga banyak orang berbondong-bondong mencari
sebuah pekerjaan dan jabatan yang baik. Akan tetapi sikap, sifat, dan mental
seorang pemimpin harus disiapkan agar semua yang dilakukannya dapat di atur
(manage) sesuai dengan keseharian.
2. Dengan adanya kalimat “Keberhasilan dan
Kegagalan”, banyak orang yang takut akan kalimat kegagalan tersebut sebelum
mencoba.
3. Langkah personal yang berasal dari
landasan pola pikir yang terlalu naïf akan sebuah jabatan akan menjatuhkan
orang tersebut secara perlahan dan menjadikan kepribadian orang tersebut
berbeda serta tidak teratur.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis
uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tersebut
antara lain :
1. Apakah pemimpin harus selalu menyuruh dan
membedakan dirinya bersama bawahannya?
2. Bagaimanakah sikap yang baik bagi seorang
pemimpin bagi bawahannya?
3. Bagaimanakah sikap pemimpin yang tidak
otoriter?
BAB II
PERMASALAHAN
A. Ekonomi dan Kepemimpinan
Seorang wirausahawan pada dasarnya juga
merupakan seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara
yang lebih baik. Maka akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika Anda
percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, secara efisiensi yang meningkat
dan keberhasilan yang dapat berkesinambungan dari bisnis perusahaan Anda.
Wirausahawan yang merupakan juga seorang
pemimpin perusahaan harus menyadari bahwa tujuan perusahaan akan dapat dicapai
dengan baik jika adanya jalinan kerja sama yang baik antara lingkungan internal
dan eksternal.
Secara internal dapat dilihat, jika
seorang pemimpin menyadari tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa bawahannya.
Maka dia akan mendekatkan diri kepada bawahannya secara baik dan selalu
memperhatikan bawahannya. Dengan melakukan hal ini, secara garis besar seorang
pemimpin seperti hal tersebut akan dilihat baik dimata bawahannya. Baik secara
pendekatan yang beragam yang dapat dilakukan, lalu secara lebih baik lagi
apabila seorang pemimpin dapat terbuka dengan masalah ekonomi/pendapatan dalam
pimpinannya.
Apabila secara internal baik, maka
seorang pemimpin akan baik pula dengan pihak luar yang disebut faktor
eksternal.
Ekonomi yang membawa inovasi tersebut
disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang
akan membuat perubahan. Dari perubahan tersebut akan merubah pula pola pikir
bagi pemimpin yang mengaturnya. Dengan adanya perubahan yang baru dari ekonomi
yang didapat, maka seorang pemimpin haruslah berhati-hati dalam mengaturnya.
Sehingga dari ekonomi tersebut dapat digunakan untuk hal-hal yang berpotensi
baik.
B. Keberhasilan dan Kegagalan
Dalam setiap orang yang berwirausaha akan
mengalami maju mundur ataupun keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan merupakan cita-cita dan
harapan bagi setiap pemimpin. Akan tetapi, 70% dari orang kebanyakan takut akan
mengerjakan yang bersifat kewirausahaan karena adanya kegagalan dan kerugian
yang menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk memulihkannya kembali.
Pemimpin yang bersifat terbuka, inovatif
dan kreatif akan selalu berani melawan itu semua dan akan mencari terus
keberhasilan dan kesejahteraan bagi dirinya dan bawahannya.[3]
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga
pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan,
kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
C. Pola Pikir
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang
dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai
risiko yang mungkin dihadapinya.
Seorang pemimpin haruslah memiliki
criteria pola pikir yang baik, sebagai berikut :
1. Percaya diri, memiliki keyakinan,
individualitas, mandiri, dan optimism yang tinggi.
2. Mampu mengidentifikasi peluang usaha.
3. Memiliki rasa percaya diri serta mampu
besrsikap positi terhadap lingkungannya.
4. Bertingkal laku pemimpin
5. Memiliki inisiatf, kreatif, dan inovatif.
6. Mampu bekerja keras.
7. Berpandangan luas dengan visi kedepan yang
baik.
8. Berani mengambil resiko yang telah
diperhitungkan.
9. Tanggap terhadap saran dan kritik.[4]
Dengan memiliki hal-hal tersebut, seorang
pemimpin akan mempunyai jati diri dan peikiran yang luas sesuai dengan
perkembangan zamannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Istilah kewirausahaan sudah lama menjadi
wacana di Indonesia baik pada tingkatan formal di perguruan tinggi dan
pemerintahan maupun pada tingkat nonformal pada kehidupan ekonomi di
masyarakat.
Dilihat dari terminologi, dulu dikenal
adanya istilah wiraswasta dan kewirausahaan. Sekarang tampaknya sudah ada
semacam konvensi dan baku istilah tersebut menjadi wirausaha (entrepreneur) dan
kewirausahaan (entrepreneur-ship).
Sukses tak selalu bermula dari ide besar.
Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk
untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain.
Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung
risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah
ada.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus
Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses
atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk
memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang diraih karena kekuatan
adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi
dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah
dikemas dalam botol.
Keberanian mengambil risiko oleh para
kreator dan inovator juga menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi
salah satu contoh besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika
mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve
Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil
VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain pertama
Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Siapa sangka
kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar di dunia.
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang
yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap
ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil
menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya
sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya
dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?
Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan
Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses
menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan
Lycos.
Dalam buku ini juga diungkapkan tentang
para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang
lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat
dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil
perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi
sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre
Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala
besar. Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga
cucunya yang sekarang.
Seratus jurus sukses bisa menjadi
inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan
dengan cara apa saja yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam
menghadapi risiko.
Sosok Steve Jobs, sang pendiri Apple lah
yang memiliki visi jauh ke depan sehingga membuat Apple menjadi perusahaan yang
sangat disegani hingga kini. Namun, jika menengok kisah Steve, kita sebenarnya
bisa melihat betapa ia adalah sosok pengagum kesederhanaan dan keindahan.
Inilah dua kunci dasar selain visinya ke depan yang membuat Apple berhasil
mematahkan dominasi Microsoftnya Bill Gates.
IQ-nya yang tinggi membuat Steve ikut
kelas percepatan. Tapi, ia sering diskors gara-gara tingkahnya yang nakal –
meledakkan mercon hingga melepas ular di kelas. Di usianya yang ke-17, ia
kuliah di Reed College, Portland, Oregon. Namun, ia drop out setelah satu
semester. Meski begitu, ia tetap mengikuti kelas kaligrafi di universitas
tersebut. Hal itulah yang membuatnya sangat mencintai keindahan.
Tahun 1974 ia kembali ke California. Ia
bekerja di perusahaan game Atari bersama Steve Wozniak. Suatu ketika, Steve
Jobs tertarik pada komputer desain Wozniak. Ia pun membujuk Wozniak untuk
mendirikan perusahaan komputer. Dan, sejak itulah, tepatnya 1 April 1976, di
usinya yang ke-21, Steve mendirikan Apple Computer. Singkat cerita, kisah
sukses segera menjadi bagian hidupnya bersama Apple.
Saat itulah, Steve kembali ke Apple,
hasil dari akuisisi Apple terhadap NeXT. Banyak orang yang meramalkan Steve tak
kan lagi mampu mengangkat Apple. Steve menanggapinya dengan dingin. “Saya yakin
bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa
yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan
adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan
mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai
kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kita yakini,” sebut Steve.
Steve kembali mengorbitkan Apple ke
jajaran elit produsen alat teknologi papan atas. iPod dan iPhone saat ini
menjadi produk yang sangat laris di pasaran. Visinya ke depan juga membuat
iTunes, sukses jadi toko musik digital paling sukses di dunia. Ia menjawab
keraguan orang dengan kerja nyata dan hasil gemilang. Bentuk indah, elegan, sederhana,
namun powerful, menjadi ciri khas produk Apple hingga saat ini.
Kecintaan ini pada apa yang kita lakukan
akan menjadi jalan kita menuju kesuksesan. Hal itulah yang dibuktikan oleh
sosok Steve Jobs. Bahkan, meski ia sempat terpuruk dan “diusir” dari perusahaannya
sendiri, kecintaannya pada teknologi membuatnya kembali. Inilah bukti nyata
bahwa jika kita mencintai pekerjaan kita dengan sepenuh hati, hasil yang
dicapai pun akan jauh lebih maksimal.
Dari rangkuman cerita seorang yang sangat
mencintai keahliannya dan tidak pernah pantang menyerahlah akan mengalami
kesuksesan. Tidak ada kata kegagalan yang dia takuti, walaupun jatuh tetapi dia
dapat bengun kembali. Bahkan menjadikan dirinya jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Dengan memiliki jiwa kewirausahaan,
seseorang baik sebagai pengusaha ataupun sebagai birokrat dalam suatu institusi
akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara
baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif. [5]
Kadarsan menyatakan bahwa kepemimpinan
(Leadership) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok sehingga memiliki 4 implikasi
tentang kepemimpinan.
Beberapa syarat pemimpin dijelaskan oleh Ordway Tead dalam Purnomo dengan sembilan syaratnya. Terry dalam Purnomo dengan 8 sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Koontz & Donnel dalam Hasibuan dengan 6 hal yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Beberapa syarat pemimpin dijelaskan oleh Ordway Tead dalam Purnomo dengan sembilan syaratnya. Terry dalam Purnomo dengan 8 sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Koontz & Donnel dalam Hasibuan dengan 6 hal yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Berdasarkan unsur-unsurnya kepemimpinan
terbagi ke dalam 5 jenis, yaitu Leader pengikut, organisasi, objective, dan
lingkungan.
Seorang pemimpin dalam melakukan
kepemimpinannya dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan yang dirasakan
(perceived power) seperti memaksa (coercive), imbalan (reward), sah
(legitimate), ahli (expert), dan referensi (referent).
Seorang pemimpin dalam melakukan kegiatannya dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan.[6]
Seorang pemimpin dalam melakukan kegiatannya dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan.[6]
RL. Kahn dalam Hasibuan menyatakan bahwa
seorang pemimpin dikatakan mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik apabila:
·
Dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
langsung para bawahannya;
·
Menyusun jalur pencapaian tujuan sebagai
pedoman untuk mengerjakan pekerjaannya;
·
Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian
tujuan;
·
Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka
dapat berguna secara organisatoris.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Laurence. “Identity Is Destiny
(Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan Nilai)”, PT Gramedia Pustaka Umum Jakarta.
Hiscrich, Roberth D, “Entrepreneurship
(Kewirausahaan)”, Salemba Empat, Jakarta.
Saraswati, Mila dan Widaningsih, Ida, 2006.
“Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial”, Grafindo Media Pratama, Bandung.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam
Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Zimeren, Thomas W. And Scarborough,
Norman R. “Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil”, Salemba Empat, Jakarta.
[1]
Thomas W. Zimeren And Norman R. Scarborough, Kewirausahaan dan Manajemen
Usaha Kecil, (Jakarta; Salemba Empat), hal. 302
[2]Laurence
D. Ackerman, Identity Is Destiny (Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan
Nilai), (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Umum), hal. 8
[3] Op.
Cit, Thomas W. Zimeren And Norman R. Scarborough, hal 406
[4]
Mila Saraswati dan Ida Widaningsih, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung;
Grafindo Media Pratama, 2006), hal. 145
[5]
Roberth D. Hiscrich, Entrepreneurship (Kewirausahaan), (Jakarta, Salemba
Empat), hal. 100
[6] Ibid,
Roberth D. Hiscrich. Hal 101
Kamis, 05 Januari 2012
IMPIAN MENJADI GURU DI MASA DEPAN
Pendidikan merupakan hal pertama yang dipikirkan oleh setiap orang tua. Oleh karena itu, pembenahan diri terhadap pendidikan yang bermutu sebagai calon guru merupakan modal dari terbentuknya sebuah keluarga untuk anaknya.
Sejak SMA kelas 11, saya telah bercita-cita untuk menjadi seorang guru dan hal ini didukung oleh keluarga pula.
Selain itu, adanya niat dari diri sendiri untuk bercita-cita menjadi seorang guru, sekaligus adanya contoh dan bantuan dari kakak-kakak perempuan yang semuanya menjadi seorang guru dari zaman saya masih SD hingga sekarang mengabdi kepada sekolah.
Untuk membenahi system pendidikan yang baik, perlu adanya perbaikan atau pembenahan pada diri sendiri sebagai calon guru serta memahami perbedaan pendidikan antara mendidik SD, SMP, SMA dan perkuliahan.
Setelah memasuki masa perkuliahan, saya mulai meneliti untuk mencari jawaban. Bagaimanakah cara mendidik anak SMK terlebih dahulu???
Ternyata setelah saya mengajar disekolah tersebut, banyak hal yang perlu dibenahi pada diri saya sendiri. Seperti halnya, dalam bidang beribadah kepada YME, perlu ditingkatkan lagi agar menjadi contoh yang baik bagi peserta didik. Selain itu, dari segi pengajaran perlu adanya pembelajaran yang menarik yakni dengan menggunakan games ataupun system PAIKEM yang kini diajarkan kepada guru-guru agar memberikan pembelajaran lebih menarik..
Setelah itu, saya memberanikan diri untuk mengajar di SD. Pada saat itu saya hanya berfikir “ah kayanya gampang kalo Cuma ngajar anak SD kaya ngajarin keponakan dirumah”. Walhasil yang saya dapatkan dari SD tersebut adalah hal yang sama dengan system pengajaran di SMK dan penambahan perlu adanya kesabaran dan ketelatenan yang baik untuk mendidik mereka.
Dari semua itu, pola pikir yang berbeda tentang cara mendidik dengan taraf yang berbeda pula harus ditingkatkan. Walaupun sekarang guru hanya mengajar di satu sekolah saja dan dengan satu taraf saja. Tetapi perlu adanya penambahan pembelajaran yang baik untuk seorang anaknya sendiri sesuai dengan tingkatan anak yang mereka miliki.
Pembenahan diri, penambahan ilmu, perbaikan system pengajaran yang lebih maju menjadi modal tersendiri bagi si pendidik. Jika dilihat untuk zaman sekarang, sudah mulai adanya perbaikan yang maju dan modern dengan adanya pelatihan-pelatihan bagi guru.
Terlihat dari segi hal tersebut, kemajuan dari pola pikir seorang guru memang perlu diperlukan. Menerima pendapat peserta didik, bergaul dengan peserta didik. Peran dan figur para guru menjadi penting tatkala perilaku baik menjadi tujuan yang hendak dicapai.
Mungkin terlihat mudah bagi kita untuk melaksanakan ini semua, tetapi tidak pada kenyataannya. Tidak semua orang bisa mengajar dan mendidik, perlu adanya tingkat mental yang baik dan jiwa yang semangat untuk mencari ilmu serta memberikan ilmu kepada orang yang membutuhkan yakni disebut peserta didik.
Impian menjadi guru yang dari dulu saya cita-citakan kini telah terwujud, dan disyukuri atas nikmat Allah berikan kepada saya. Ikhtiar yang saya lakukan kini telah membuahkan hasil yang telah diharapkan.
Belajar dari keluarga itu, sangatlah menarik jika hal itu diterapkan dalam keluarga pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah kaitannya dengan korps guru.
Bagaimana para guru menjaga keutuhan guru-guru sebagai satu keluarga pendidik adalah sebuah proses pembentukan karakter sebagai pendidik yang baik dan benar?? Problematik pastinya akan menyelimuti dan bergejolak dalam keluarga pendidik itu. Perbedaan pendapat, keragaman karakter, dan aneka latar belakang menjadi faktor yang bisa memunculkan berbagai problematik yang bahkan merujuk pada konflik. Dalam kehidupan bersama, hal itu semestinya menjadi sebuah kenormalan dan kesadaran bersama.
Masalahnya adalah bagaimana guru-guru dalam satu kesatuan keluarga pendidik bersikap ke luar berangkat dari perbedaan yang memungkinkan adanya konflik itu. Inilah sebuah proses pribadi dalam komunitas keluarga pendidik menuju pada pembentukan karakter guru yang bijaksana. Ketidakmampuan mengolah konflik atau lika-liku proses di dalam keluarga pendidik kadangkala dengan mudahnya mencari sebuah pelampiasan yang cenderung menjadi sebuah pembelaaan atau pembenaran diri.
Sebagai sebuah contoh, adanya beberapa guru dalam satu bidang studi dapat menimbulkan ketidakdewasaan guru yang menjurus pada perilaku tidak bijaksana di luar keluarga pendidik. Adanya perbedaan paradigma dalam pembelajaran atau bahkan permasalahan pribadi di antara mereka seringkali dengan mudah masing-masing guru saling menjelek-jelekkan di depan siswa atau juga orang tua siswa. “Wah…. gak benar seperti itu! Gurumu kelas satu tuh gimana tho ngajarnya?” Itu sebuah contoh ungkapan seorang guru di kelas dua yang secara tidak langsung mau mengatakan bahwa guru kelas satu dari anak-anak itu “salah” atau lebih keras lagi “bodoh”. Atau, “Wah…. memang benar bu, Pak/Bu X itu kalau ngajar asal-asalan.” Ini malah secara terang-terangan menjelek-jelekkan guru lain di depan orang tua siswa.
Sesungguhnya menjelekkan anggota keluarga lain (sesama guru) tidak memberi solusi apa-apa, malah justru menunjukkan ketidakdewasaan karakter karena membuat masalah keluarga pendidik menjadi konsumsi publik yang tidak tahu-menahu konteks permasalahanya. Yang ada adalah justru membuat penghakiman atas guru tertentu yang mana penghakiman itu melahirkan sebuah fitnah yang keji. Fitnah inilah sebuah pembunuhan karakter yang tidak adil karena orang yang difitnah tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan apa-apa. Yang ada adalah para murid dan orang tua siswa menghakimi guru tertentu atas dasar informasi guru tertentu pula.
Akhirnya, pembelajaran dalam keluarga pendidik harus terus dilakukan secara berkesinambungan untuk mendewasakan masing-masing pribadi. Usia sesorang bukanlah ukuran dan jaminan kedewasaan karakter sesorang. Namun kemauan belajar dan terus belajar adalah sebuah harapan akan kedewasaan karakter, khsusnya dalam keluarga pendidik. Peran pemimpin sangat penting dalam memfasilitasi para anggota keluarga pendidik untuk terus belajar lewat perjumpaan bersama dalam suasana bicara dari hati ke hati secara teratur dan terus menerus, seperti sarasehan guru, pembelajaran di alam untuk guru, acara rohani bersama, dan masih banyak lagi. Marilah kita mendewasakan karakter diri sendiri demi karakter/kepribadian keluarga dengan mengupayakan guru yang bijaksana!!
Ranah proses berfikir (Kognitif), ranah nilai atau sikap (Afektif), dan Ranah keterampilan (Psikomotorif). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga hal atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara konkrit dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Akan tetapi diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Sedangkan akhlak yang menjadi citra bangsa menjadi lebih baik menjadi di nomor kesekiankan.
Tugas pendidik atau guru bukan sekedar menyalurkan ilmu pengetahuan, tetapi merangkumi pendidikan akhlak kepada anak murid. Mengajar dalam apa bidang sekalipun, aspek membina kepribadian seharusnya diletakkan sebagai teras kepada usaha pendidikan itu. Dalam zaman serba modern secara pengajarannya guru juga semakin bersabar dengan tingkah laku peserta didik. Banyak dilaporkan mengenai adanya guru yang tidak dapat mengatur emosi lalu mengambil tindakan menghukum anak didik di luar batas etika sebagai seorang pendidik.
Pada suatu tingkat tertentu mungkin guru yang terlihat afektif tidak efektif pada tingkat yang lain, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam tingkat perkembangan mental dan emosional peserta didik. Dengan kata lain para siswa memiliki respons yang berbeda-beda terhadap pola-pola prilaku guru yang sama. Guru yang baik dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda ataupun anak-anak kecil tergantung taraf guru tersebut mengajar. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya. Mereka tidak lekas tersinggung apabila ada yang berbeda opini dengannya, bahkan dapat menerimanya jika itu yang terbaik untuk dirinya. Mereka secara psikologi lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat diterima. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya tentang bekerjanya psikologi dan kultural di dalam kelas.
Guru perlulah senantiasa ingat bahwa mendidik manusia memerlukan kesabaran tinggi dan nilai kasih sayang yang kental. Tanpa dua sifat penting itu, guru akan berhadapan masalah. Dengan kasih saying seorang guru serta diiringi dengan kesabaran dan ketekunan dalam mendidik peserta didik akan membuahkan hasil yang baik bagi peserta didik dan timbale balik kepada guru itu menjadi guru favourite di sekolah tersebut dan disayangi serta dihormati oleh peserta didik.
Dengan menjadi guru seperti itu, system belajar dan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Seorang guru akan nyaman dengan keadaan kelas yang peserta didiknya saying akan kepada gurunya, bukan membangkang kepada gurunya.
Guru lebih mudah dikenal dan diingat siswa. Guru yang berkarakter lebih dikenang dibadingkan guru yang biasa saja “yang penting ngajar”. Jika guru memiliki murid yang selalu diidolakan dan dibanggakan, begitu pula sebaliknya, murid pun memiliki guru idola.
Menerangkan dengan jelas. penyampaian materi yang jelas menjadi poin plus untuk setiap guru. Terlebih lagi apabila guru tersebut mau mengulang materi yang telah disampaikan jika masih ada siswa yang kurang paham.
Periang dan memiliki rasa humor. Sikap periang dan memiliki selera humor dapat mencairkan suasana yang tegang dalam kelas. Hendaknya sikap periang dan humor ini ditempatkan pada situasi, kondisi yang tepat dan tidak berlebihan.
Menaruh perhatian kepada setiap siswa tanpa “menganak-emaskan” salah satu dari mereka. Serta selalu memahami situasi siswa baik fisik maupun mental.
Memberi motivasi untuk membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Tegas dan sanggup menguasai kelas. Tidak suka ngomel, mencela, dan marah-marah. apalagi tanpa sebab yang logis. Mempunyai pribadi yang bisa dicontoh. Biasanya siswa akan memandang dari penampilan fisik kemudian berlanjut pada kepribadian.
Mulai sekarang mari berusaha dan terus mencoba untuk menjadi guru sekaligus sahabat yang menyenangkan bagi murid kita. Guru yang diidolakan oleh muridnya adalah guru yang selalu dicari jika tak hadir. Murid akan marah jika bukan kita yang mengajar, dan selalu dinantikan kedatangannya
Dari penjabaran semua ini, marilah kita membentuk kepribadian menjadi lebih baik, meningkatkan kesabaran, ketelatenan, saling menghormati dengan satu ruang lingkup guru, menyayangi peserta didik seperti halnya menyayangi keluarga sendiri. Insya Allah akan tercapai keharmonisan yang indah dalam ruang lingkup sekolah maupun diluar sekolah.
CONTOH SKRIPSI
BAB II
PERANAN
MEDIA PENDIDIKAN
A. Pengertian Media Pendidikan
Kata
media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Secara
harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT ( Association for
Educational Communication and Tecnologi ) mendefinisikan media yaitu sebagai
bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.
Banyak
batasan yang diberikan orang tentang media. Salah satunya adalah media sebagai
salah satu bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan
informasi /pesan. Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang media pendidikan ,
menurut Cagne ( 1970 ) menyatakan media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar.[1] Sementara Briggs (1970 ) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta dapat
merangsang siswa untuk belajar . Buku , film, kaset, adalah contoh-contohnya[2].
Pendapat lain dikemukakan
oleh Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah segala
sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima ( receiver )
informasi.hampir sama dengan pendapat di atas, menurut Kemp dan Dayton peran
media dalam
BAB III
PROFIL
SEKOLAH
GAMBARAN
UMUM YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
AL
WATHONIYAH AL HAMIDIYAH
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Al Wathoniyah Al Hamidiyah
Yayasan
pendidikan Islam Al Wathoniyah Al Hamidiyah adalah sebuah yayasan yang
didirikan oleh K.H. Muhalie M.T beserta istri Ustz. Hj. Hamidah Ali, sekolah
yang dibangun tahun 1970 ini berdiri di
atas lahan seluas 1200meter dengan luas
bangunan 800 meter dan telah memiliki sekolah di dua tempat yaitu di jalan I
Gusti ngurah Rai, Klender sebagai pusat sekolah dan di jalan Kerta Radjiman
Widyo Diningrat Cakung, Jakarta timur sebagai cabang sekolah dan memiliki dua
jenjang yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah yang terakreditasi B,
dengan waktu balajar pukul 06.30 sampai pukul 14.30.
Sebagaimana
halnya basikmadrasah tujuan didirikannya madrasah ini adalah untuk turut
mengembangkan masyarakat dalam bidang intelektual bercirikan islam.
B. Visi dan Misi Sekolah
Visi :
Madrasah Al wathoniyah Al HAmidiyah berupaya mendidik siswa/siswi menjadi cerdas inteletual dan
spiritual, kkreatif serta disiplin.
Rabu, 04 Januari 2012
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERTAMA KALI
a.
Al-Jami’at Al
Khairiyah
Organisasi lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair ini didirikan di
Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang
Arab. Umumnya anggota dan pemimipinnya terdiri dari orang-orang yang berada
tanpa mengorbankan usaha pencaharian nafkah.
1.
Pendirian dan pembinaan
satu sekolah pada tingkat dasar
Sekolah dasar Jami’at Khair bukan
semata-mata mempelajari pengetahuan agama tetapi juga mempelajari pengetahuan
umum lainnya. Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah disusun dan
teroganisisr. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan
Melayu.
2.
Pengiriman anak-anak muda
ke Turki untuk melanjutkan studi
Bidang yang kedua inisering terhambat
karena kekurangan biaya dan juga karena kemunduran khilafat, dengan pengertian
tidak ada seorangpun yang dikirim ke Timur Tengah memainkan peranan yang
penting setelah mereka kembali ke Indonesia.
Nama
Guru
|
Keterangan
|
H. M. Mansur
(1907-Padang)
|
Pengetahuan dalam
bidang agama dan berkemampuan berbahasa Melayu
|
Oktober 1911
Syeikh. A. Surkati
(Sudan)
Syeikh M. Taib
(Maroko)
Syeikh Abd. Hamid
(Makkah)
|
Sukarti memainkan
peranan penting dalam penyebaran pemikiran-pemikiran baru dalam lingkungan
masyarakat Islam Indonesia.
Taib tidak lama
tinggal di Indonesia dan pulang ke Maroko pada tahun 1913
Hamid dipindah ke
Bogor pada sebuah sekolahan dengan nama Jami’at Khair juga.
|
Oktober 1913
M Abd. Fadal Ansari
(Sudan)
M. Noor (Abd. Anwar)
al-Ansari
Hasan Hamid Al-Ansari
Ahmad Al-Awif
|
M. Noor pernah
belajar di Universitas Al-Azhar di Kairo (1899-1906) dan pernah belajar
langsun[pheg dari Syaikh M. Abduh (reformer Mewsir). Hal ini Nampak ujelas
pada pengajaran yang mereka pentingkan adalah bahasa Arab sebagai ilmu alat
untuk mengetahui sumber-sumber Islam.
|
Jami’at Khair dibentuk pertama
memulai organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam. Meskipun
asalnya hanya mengenai pendidikan agama tetapinya kemudian meluas sampai kepada
mengurus penyiaran Islam serta terlibatnya orang-orang Jami’at Khair dalam
politik dalam negeri dan luar negeri.
Terjadinya hubungan antara
masyarakat Indonesia dan masyarakat Arab, juga mengakibatkan terjadinya
interaksi antara perkembangan islam di Arab dan perkembangan Islam di
Indonesia.[1]
b.
Al-Islah Wal Irsyad
Syeikh Ahmad Sukarti, yang sampai di Jakarta dalam bulan februari 1912,
seorang alim yang terkenal dalam agama Islam, bebrapa lama kemudian
meninggalkan Jami’at Khair dan mendirikan gerakan Agama sendiri bernama
Al-Islah Wal Irsyad dengan haluan mengadakan pembaharuan dalam Islam.
Al Islah Wal Irsyad disahkan oleh pemerintah Belanda pada 1915. Gerakan ini menurut Pijper
merupakan gerakan pembaharuan yang sama dengan reformisme di Mesir.[2]
Al-Irsyad sendiri menjuruskan perhatian pada bidang pendidikan, teutama
poada masyarakat Arab, ataupun pada permasalahn yang timbul dikalangan Arab,
walaupun orang-orang Indonesia Islam bukan Arab, ada yang menjadi angotanya.
Lambat laun dengan bekerja sama dengan organisasi Islam yang lain, seperti
Muhammadiyah dan Persatuan Islam, organisasi Al-Irsyad meluaskan pusat
perhatian mereka kepada persoalan-persoalan yang lebih luas, yang mencakup
persoalan Islam umumnya di Indonesia.
Msalah-masalah agama yang berasal dari gerakan Al-Irsyad sangat
menggemparkan masyarakat Islam, karena bertentangan dengan keyakinan yang ada
pada saat itu. Terutama Majalah Az-Zakhrirah, yang keluar sejak bulan Muharram
1342 H dan terbit setiap bulan di Jakarta. Majalah yang dipimpin oleh Syekh
Ahmad bin M. Sukarti itu berisi kutipan pertanyaan- pertanyaan dari segala
penjuru Indonesia mengenai usul furu’ agama, berisi hadits-hadits palsu dan
Dhaif yang dipergunakan dalam mempertahankan beberapa hukum ibadat dan muamalat
di Indonesia, yang menurut beliau bertentangan dengan Qur’an dan Hadits.
c.
Muhammadiyah
18 November 1912 sebelum perang dunia II, lahirnya organisasi didirikan
di Yogyakarta oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh
murid-muridnya dan bebrapa orang Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga
pendidikan yang bersifat permanen.
Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera” dan memajukan hal agama Islam kepada
anggota-anggotanya.
Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan ialah dengan:
1.
Mengadakan dakwah Islam
Pengajian tabligh akbar dan dialog
dengan pemuka agama lain, dan sebagainya.[3]
2.
Memajukan pendidikan dan
pengajaran
3.
Menghidup suburkan
masyarakat tolong menolong
4.
Mendirikan dan memelihara
tempat ibadah dan wakaf
5.
Mendidik dan mengasuh
anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang Islam yang berarti
6.
Berusaha ke arah perbaikan
penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
7.
Berusaha dengan segala
kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.
Sekitar tahun 1920, perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat
dari persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian
besar kalangan muslim di Indonesia.
Dalam 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasi,
dan Amuntai, sedang pada tahun 1929 pengaruhnya tersebar ke Aceh dan Makassar.
Cabang-cabang tersebut bersifat permanen dalam kegiatannya, yaitu dengan
mendirikan sekolah, kursus-kursus yang teratur ataupun memelihara anak yatim
piatu.
Tahun 1925, organisasi ini telah mencapai 29 cabang-cabang dengan 4000
anggota.
d.
Perserikatan Ulama
Perserikatan Ulama merupakan perwujudan dari gerakan pembaharuan di
daerah Majalengka Jawa Barat yang dimulai pada tahun 1911 atas inisiatif K.H
Abd. Halim, lahir pada tahun 1887 di Ciberelang Majalengka.
Pada tahun 1917 perserikatan ulama diakui sah secara hukum oleh
pemerintah dengan bantuan H.O.S Cokroaminto (Pemimpin Serikat Islam). Pada
tahun 1924 secara resmi meluaskan daerah operasinya ke seluruh Jawa dan Madura
dan pada tahun 1937 ke seluruh Indonesia.
Pada tahun 1932, dalam suatu konres perserikatan Ulama di Majalengka, KHA
Halim mengusulkan agar sebuah lembaga didirikan yang akan melengkapi
pelajar-pelajarnya bukan hanya dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan agama
dan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga dengan kelengkapan-kelengkapan berupa
pekerjaan tangan, pedagang dan pertanian, bergantung dari bakat masing-masing.
e.
Persatuan Islam
Persis didirikan di Bandung pada pemulaan tahun 1920an ketika orang-orang
Islam di daerah-daerah lain telah lebih dahulu maju dalam berusaha untuk
mengadakan pembaharuan dalam agama.
Adapun orang-orang yang berkelut dengan organisasi ini ialah H.Zamzam, H.
M Junus, Ahmad Hasan, Mohammad Natsir dan lain-lain.
Dalam bidang pendidikan, Persis mendirikan sebuah madrasah yang mulanya
dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota persis. Tetapi kemudian madrasah ini
diluaskan untuk dapat menerima anak-anak lain.
Jenis-jenis
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
a.
Lembaga Pendidikan Islam
Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Pendidikan Islam mulai bersemi dan berkembang pada awal abad ke-20 M.
dengan berdirinya madrasah yang bersifat formal.
Walaupun pemerintah Belanda sudah berusaha menekan dan menghancurkan
pendidikan Islam Indonesia selama 350 tahun dengan bermacam-macam usaha disatu
puhak mengeluarkan peraturan-peraturan yang merugikan pendidikan Islam
Indonesia, namun pendidikan Islam tidak dapat hancur, bahkan tumbuh dan
berkembang secara militant walaupun dalam keadaan serba kekurangan.
b.
Lembaga Pendidikan Islam
Sesudah Indonesia Merdeka
Pada tahun 1946 secara resmi sekolah-sekolah umum mengajarkan pendidikan
agama Islam. Lalu 1950 DEPAG mendirikan Sekolah Guru Agama Islam.
Pada bulan Juni 1957 di Jakarta membuka Akademi Dinas Ilmu Agama oleh
DEPAG berdasarkan penetapan Menteri Agama No. I Tahun 1957. Tujuannya untuk
mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri.
Sistem
dan Isi Pendidikan Islam
1.
Sistem Pendidikan Islam di
Indonesia
Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam
dilaksakan secara informal.
Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama yang berjalan dalam
lingukangan keluarga sudah diakui kempuhannya dalam menanamkan sendi-sendi
agama dalam jiwa anak-anak.
Dari sini diperluas kemasyarakat dan berhasil. Maka didirikannya pndok
pesantren yang tumbuh dan berkembang dimana-mana, yang ternyata mempunyai
peranan yang sangat penting dalam usaha mempertahankan eksistensi umat Islam
dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah bebrapa abad
lamanya.
2.
Isi Pendidikan Islam di
Indonesia.
Adapun isi pendidikan dan pengajaran agama Islam pada tingkat permulaan
ini meliputi:
a.
Belajar membaca Al-Quran
b.
Pelajaran dan praktek
shalat
c.
Pelajaran ketuhanan atau
ketauhidan yang pada garis besarnya berpusat pada sifat dua puluh
Pada tingkat yang lebih tinggi diajarkannya Bahasa Arab, mulai
mempelajari ushul fiqh.
Kemudian pendidikan Islam mengalami babak baru dengan munculnya system
madrasah, yang penyelenggaranya lebih baik dan teratur.
Berdasarkan SKB3M, pengetahuan umum dan agama 70:30. Adapun tujuan pokok
dari SKB3M ini agar mutu pengetahuan umum di madrasah sama dengan mutu
pengetahuan umum disekolah umum yang sederajat.
Pendidikan
Islam dan Pendidikan Nasional Indonesia
Pendidikan Islam dan pendidikan
nasional Indonesia tidak dapat dipisahkan. Karena konsep penyusunan system
pendidikan nasional Indonesia itu sendiri, dan yang kedua dari hakikat
pendidikan Islam dalam kehidupan beragama kaum muslimin di Indonesia.
Dilihat dari segi hakikat
pendidikan agama Islam, ternyata kegiatan mendidik memang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan agama Islam baik dalam keluarga, masyarakat,
lebih-lebih pusat-pusat peribadatan seperti langgar, surau atau masjid yang
dikelola oleh seorang petugas yang sekaligus sebagai guru agama.
Dengan adanya gerakan pembaharuan Islam dan dengan datangnya system
pendidikan Barat yang program belajar mengajarnya lebih terkoodinir dan lebih
sistematik.
Pada era pembangunan sekarang ini, pendidikan agama di masyarakat tetap
dibina dan digalakkan dalam usaha mengembangkan kehidupan bersama.
f.
Nahdatul Ulama
NU didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. (33 Januari 1926) di Surabaya.
Pendirinya ialah alim ulama dari tiap-tiap daerah Jawa Timur. Diantaranya ialah
:
1.
K.H. Asyim Asy’ari
Tebuireng
2.
K.H. Abdul Wahab Hasbullah
3.
K.H. Bisri Jombang
4.
K.H. Ridwan Semarang
5.
Dll
Latar belakang didirikannya organisasi ini semula adalah sebagai
perluasan dari suatu komite Hijaz yang dibangun dengan dua tujuan.
1.
Untuk mengimbangi komite
Khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh ketangan golongan pembaharuan.
2.
Untuk berseru kepada Ibnu
Sa’ud, penguasa baru ditanah Arab, agar kebiasaan beragama secara tradisi dapat
diteruskan.
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran formal, NU membentuk satu bagian
khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan nama Al-Ma’arif yang berfungsi
untuk membuat peundangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan.
Langganan:
Postingan (Atom)