Balai Inspirasi

Cari Inspirasi

Rabu, 04 Januari 2012

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERTAMA KALI


a.       Al-Jami’at Al Khairiyah
Organisasi lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab. Umumnya anggota dan pemimipinnya terdiri dari orang-orang yang berada tanpa mengorbankan usaha pencaharian nafkah.
1.       Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar
Sekolah dasar Jami’at Khair bukan semata-mata mempelajari pengetahuan agama tetapi juga mempelajari pengetahuan umum lainnya. Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah disusun dan teroganisisr. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan Melayu.
2.       Pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi
Bidang yang kedua inisering terhambat karena kekurangan biaya dan juga karena kemunduran khilafat, dengan pengertian tidak ada seorangpun yang dikirim ke Timur Tengah memainkan peranan yang penting setelah mereka kembali ke Indonesia.
Nama Guru
Keterangan
H. M. Mansur (1907-Padang)
Pengetahuan dalam bidang agama dan berkemampuan berbahasa Melayu
Oktober 1911
Syeikh. A. Surkati (Sudan)
Syeikh M. Taib (Maroko)
Syeikh Abd. Hamid (Makkah)
Sukarti memainkan peranan penting dalam penyebaran pemikiran-pemikiran baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia.
Taib tidak lama tinggal di Indonesia dan pulang ke Maroko pada tahun 1913
Hamid dipindah ke Bogor pada sebuah sekolahan dengan nama Jami’at Khair juga.
Oktober 1913
M Abd. Fadal Ansari (Sudan)
M. Noor (Abd. Anwar) al-Ansari
Hasan Hamid Al-Ansari
Ahmad Al-Awif
M. Noor pernah belajar di Universitas Al-Azhar di Kairo (1899-1906) dan pernah belajar langsun[pheg dari Syaikh M. Abduh (reformer Mewsir). Hal ini Nampak ujelas pada pengajaran yang mereka pentingkan adalah bahasa Arab sebagai ilmu alat untuk mengetahui sumber-sumber Islam.

                Jami’at Khair dibentuk pertama memulai organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam. Meskipun asalnya hanya mengenai pendidikan agama tetapinya kemudian meluas sampai kepada mengurus penyiaran Islam serta terlibatnya orang-orang Jami’at Khair dalam politik dalam negeri dan luar negeri.
                Terjadinya hubungan antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Arab, juga mengakibatkan terjadinya interaksi antara perkembangan islam di Arab dan perkembangan Islam di Indonesia.[1]
b.      Al-Islah Wal Irsyad
Syeikh Ahmad Sukarti, yang sampai di Jakarta dalam bulan februari 1912, seorang alim yang terkenal dalam agama Islam, bebrapa lama kemudian meninggalkan Jami’at Khair dan mendirikan gerakan Agama sendiri bernama Al-Islah Wal Irsyad dengan haluan mengadakan pembaharuan dalam Islam.
Al Islah Wal Irsyad disahkan oleh pemerintah Belanda  pada 1915. Gerakan ini menurut Pijper merupakan gerakan pembaharuan yang sama dengan reformisme di Mesir.[2]
Al-Irsyad sendiri menjuruskan perhatian pada bidang pendidikan, teutama poada masyarakat Arab, ataupun pada permasalahn yang timbul dikalangan Arab, walaupun orang-orang Indonesia Islam bukan Arab, ada yang menjadi angotanya. Lambat laun dengan bekerja sama dengan organisasi Islam yang lain, seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam, organisasi Al-Irsyad meluaskan pusat perhatian mereka kepada persoalan-persoalan yang lebih luas, yang mencakup persoalan Islam umumnya di Indonesia.
Msalah-masalah agama yang berasal dari gerakan Al-Irsyad sangat menggemparkan masyarakat Islam, karena bertentangan dengan keyakinan yang ada pada saat itu. Terutama Majalah Az-Zakhrirah, yang keluar sejak bulan Muharram 1342 H dan terbit setiap bulan di Jakarta. Majalah yang dipimpin oleh Syekh Ahmad bin M. Sukarti itu berisi kutipan pertanyaan- pertanyaan dari segala penjuru Indonesia mengenai usul furu’ agama, berisi hadits-hadits palsu dan Dhaif yang dipergunakan dalam mempertahankan beberapa hukum ibadat dan muamalat di Indonesia, yang menurut beliau bertentangan dengan Qur’an dan Hadits.

c.       Muhammadiyah
18 November 1912 sebelum perang dunia II, lahirnya organisasi didirikan di Yogyakarta oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan bebrapa orang Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera” dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan ialah dengan:
1.       Mengadakan dakwah Islam
Pengajian tabligh akbar dan dialog dengan pemuka agama lain, dan sebagainya.[3]
2.       Memajukan pendidikan dan pengajaran
3.       Menghidup suburkan masyarakat tolong menolong
4.       Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf
5.       Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang Islam yang berarti
6.       Berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
7.       Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.
Sekitar tahun 1920, perluasan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, manfaat dari persatuan dan dari organisasi pada umumnya telah diakui oleh sebagian besar kalangan muslim di Indonesia.
Dalam 1927 Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di Bengkulu, Banjarmasi, dan Amuntai, sedang pada tahun 1929 pengaruhnya tersebar ke Aceh dan Makassar. Cabang-cabang tersebut bersifat permanen dalam kegiatannya, yaitu dengan mendirikan sekolah, kursus-kursus yang teratur ataupun memelihara anak yatim piatu.
Tahun 1925, organisasi ini telah mencapai 29 cabang-cabang dengan 4000 anggota.
d.      Perserikatan Ulama
Perserikatan Ulama merupakan perwujudan dari gerakan pembaharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang dimulai pada tahun 1911 atas inisiatif K.H Abd. Halim, lahir pada tahun 1887 di Ciberelang Majalengka.
Pada tahun 1917 perserikatan ulama diakui sah secara hukum oleh pemerintah dengan bantuan H.O.S Cokroaminto (Pemimpin Serikat Islam). Pada tahun 1924 secara resmi meluaskan daerah operasinya ke seluruh Jawa dan Madura dan pada tahun 1937 ke seluruh Indonesia.
Pada tahun 1932, dalam suatu konres perserikatan Ulama di Majalengka, KHA Halim mengusulkan agar sebuah lembaga didirikan yang akan melengkapi pelajar-pelajarnya bukan hanya dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga dengan kelengkapan-kelengkapan berupa pekerjaan tangan, pedagang dan pertanian, bergantung dari bakat masing-masing.
e.      Persatuan Islam
Persis didirikan di Bandung pada pemulaan tahun 1920an ketika orang-orang Islam di daerah-daerah lain telah lebih dahulu maju dalam berusaha untuk mengadakan pembaharuan dalam agama.
Adapun orang-orang yang berkelut dengan organisasi ini ialah H.Zamzam, H. M Junus, Ahmad Hasan, Mohammad Natsir dan lain-lain.
Dalam bidang pendidikan, Persis mendirikan sebuah madrasah yang mulanya dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota persis. Tetapi kemudian madrasah ini diluaskan untuk dapat menerima anak-anak lain.
Jenis-jenis Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
a.       Lembaga Pendidikan Islam Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Pendidikan Islam mulai bersemi dan berkembang pada awal abad ke-20 M. dengan berdirinya madrasah yang bersifat formal.
Walaupun pemerintah Belanda sudah berusaha menekan dan menghancurkan pendidikan Islam Indonesia selama 350 tahun dengan bermacam-macam usaha disatu puhak mengeluarkan peraturan-peraturan yang merugikan pendidikan Islam Indonesia, namun pendidikan Islam tidak dapat hancur, bahkan tumbuh dan berkembang secara militant walaupun dalam keadaan serba kekurangan.
b.      Lembaga Pendidikan Islam Sesudah Indonesia Merdeka
Pada tahun 1946 secara resmi sekolah-sekolah umum mengajarkan pendidikan agama Islam. Lalu 1950 DEPAG mendirikan Sekolah Guru Agama Islam.
Pada bulan Juni 1957 di Jakarta membuka Akademi Dinas Ilmu Agama oleh DEPAG berdasarkan penetapan Menteri Agama No. I Tahun 1957. Tujuannya untuk mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri.
Sistem dan Isi Pendidikan Islam
1.       Sistem Pendidikan Islam di Indonesia
Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksakan secara informal.
Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama yang berjalan dalam lingukangan keluarga sudah diakui kempuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak.
Dari sini diperluas kemasyarakat dan berhasil. Maka didirikannya pndok pesantren yang tumbuh dan berkembang dimana-mana, yang ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mempertahankan eksistensi umat Islam dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah bebrapa abad lamanya.
2.       Isi Pendidikan Islam di Indonesia.
Adapun isi pendidikan dan pengajaran agama Islam pada tingkat permulaan ini meliputi:
a.       Belajar membaca Al-Quran
b.      Pelajaran dan praktek shalat
c.       Pelajaran ketuhanan atau ketauhidan yang pada garis besarnya berpusat pada sifat dua puluh
Pada tingkat yang lebih tinggi diajarkannya Bahasa Arab, mulai mempelajari ushul fiqh.
Kemudian pendidikan Islam mengalami babak baru dengan munculnya system madrasah, yang penyelenggaranya lebih baik dan teratur.
Berdasarkan SKB3M, pengetahuan umum dan agama 70:30. Adapun tujuan pokok dari SKB3M ini agar mutu pengetahuan umum di madrasah sama dengan mutu pengetahuan umum disekolah umum yang sederajat.
Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Indonesia
                Pendidikan Islam dan pendidikan nasional Indonesia tidak dapat dipisahkan. Karena konsep penyusunan system pendidikan nasional Indonesia itu sendiri, dan yang kedua dari hakikat pendidikan Islam dalam kehidupan beragama kaum muslimin di Indonesia.
                Dilihat dari segi hakikat pendidikan agama Islam, ternyata kegiatan mendidik memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan agama Islam baik dalam keluarga, masyarakat, lebih-lebih pusat-pusat peribadatan seperti langgar, surau atau masjid yang dikelola oleh seorang petugas yang sekaligus sebagai guru agama.
Dengan adanya gerakan pembaharuan Islam dan dengan datangnya system pendidikan Barat yang program belajar mengajarnya lebih terkoodinir dan lebih sistematik.
Pada era pembangunan sekarang ini, pendidikan agama di masyarakat tetap dibina dan digalakkan dalam usaha mengembangkan kehidupan bersama.
f.        Nahdatul Ulama
NU didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. (33 Januari 1926) di Surabaya. Pendirinya ialah alim ulama dari tiap-tiap daerah Jawa Timur. Diantaranya ialah :
1.       K.H. Asyim Asy’ari Tebuireng
2.       K.H. Abdul Wahab Hasbullah
3.       K.H. Bisri Jombang
4.       K.H. Ridwan Semarang
5.       Dll
Latar belakang didirikannya organisasi ini semula adalah sebagai perluasan dari suatu komite Hijaz yang dibangun dengan dua tujuan.
1.       Untuk mengimbangi komite Khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh ketangan golongan pembaharuan.
2.       Untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru ditanah Arab, agar kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran formal, NU membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan nama Al-Ma’arif yang berfungsi untuk membuat peundangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan.


[1] Riza Shibudi, masalah dan prospek,(Jakarta, Gema Insani: 1977), hal 20
[2] Ahmad Syaf’I Mufid, Tangklukan, Abangan, dan Tarekat,(Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 2006), hal 59
[3] Abdul Munir Mulichan dan Ahmad Adaby, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta; PT. Kompas Nusantara, 2010). Hal. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar